Lihat ke Halaman Asli

Hendro Sutono

Pegiat kendaraan listrik, Admin KOSMIK Indonesia.

BEV vs Hidrogen Fuel Cell: Teknologi Mana yang Lebih Efisien dan Berkelanjutan?

Diperbarui: 9 Juni 2025   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Dunia sedang bergerak meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil menuju teknologi yang lebih ramah lingkungan. Dua opsi utama yang sedang bersaing adalah Battery Electric Vehicle (BEV) dan Hydrogen Fuel Cell Vehicle (FCEV). Keduanya menjanjikan emisi nol karbon, tetapi memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda, terutama dalam hal ketergantungan terhadap impor migas (minyak dan gas).  

Lalu, mana yang lebih baik untuk masa depan, terutama bagi negara yang masih bergantung pada impor energi seperti Indonesia? Mari kita analisis secara mendalam.  

1. Ketergantungan Impor Migas dan Dampaknya  

Sebelum membandingkan BEV dan FCEV, penting untuk memahami konteks ketergantungan impor migas.  

- Indonesia, meskipun dulu dikenal sebagai negara pengekspor minyak, kini menjadi net importer sejak 2004.  

- Impor BBM (Bahan Bakar Minyak) terus meningkat, membebani neraca perdagangan dan membuat ekonomi rentan terhadap fluktuasi harga minyak global.  

- Ketergantungan pada impor migas juga berarti rentan terhadap gejolak geopolitik, seperti konflik Timur Tengah atau perubahan kebijakan OPEC.  

Oleh karena itu, transisi ke kendaraan ramah lingkungan harus mempertimbangkan seberapa besar teknologi tersebut dapat mengurangi ketergantungan impor migas.  

2. Battery Electric Vehicle (BEV): Kelebihan dan Tantangan

BEV menggunakan baterai lithium-ion untuk menyimpan energi listrik. Keunggulan utamanya:  

# Kelebihan BEV:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline