Lihat ke Halaman Asli

Harmoko

Penulis Penuh Tanya

Paylater dan Risiko Utang: Generasi Muda dalam Perangkap Konsumsi Digital

Diperbarui: 29 Mei 2025   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Paylater (Sumber: Tangkapan Layar via Pexels.com)

Di tengah arus digitalisasi yang kian pesat, fitur belanja sekarang, bayar belakangan atau paylater menjelma menjadi gaya konsumsi baru yang menjangkau kalangan milenial dan Gen Z. 

Layanan ini tak lagi menjadi sekadar alat pembayaran alternatif, melainkan simbol gaya hidup urban yang mengedepankan kenyamanan instan. 

Namun di balik kemudahan transaksi dan tampilan menggoda di platform e-commerce, tersembunyi risiko keuangan yang tidak dapat diabaikan. 

Jika tidak dikelola dengan bijak, kemudahan ini justru bisa menyeret penggunanya---terutama generasi muda---ke dalam jerat utang konsumtif.

Fenomena Paylater: Kemudahan yang Menggoda

Paylater kini hadir di berbagai aplikasi populer seperti Tokopedia, Shopee, Gojek, Traveloka, hingga TikTok Shop. 

Tawaran limit kredit hanya bermodal KTP dan verifikasi singkat membuat siapa pun dapat langsung membeli barang impian tanpa perlu menunggu gajian. 

Bagi kalangan muda yang hidup dalam budaya instan dan fear of missing out (FOMO), kemudahan ini terasa begitu memikat.

Promosi cicilan 0%, cashback, dan program flash sale menjadi kombinasi ampuh yang menggiring pengguna untuk melakukan pembelian impulsif. 

Alhasil, banyak dari mereka membeli barang bukan karena kebutuhan mendesak, melainkan karena kemudahan mencicil. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline