Pendidikan di Indonesia terus berkembang, tapi apakah sekolah umum sudah benar-benar mencerminkan nilai-nilai Islam? Pertanyaan ini penting, karena tujuan pendidikan Islam bukan hanya membuat siswa pintar, tapi juga beriman dan berakhlak mulia.
Kalau kita lihat sistem pendidikan di Indonesia, mulai dari SD sampai SMA/SMK, semuanya
berjalan dengan kurikulum nasional. Kurikulum ini memang selalu berubah-ubah sesuai zaman,
misalnya dulu ada Kurikulum 2006 (KTSP), lalu Kurikulum 2013, dan sekarang ada Kurikulum
Merdeka. Tujuan utama kurikulum di sekolah adalah supaya siswa punya ilmu, keterampilan,
dan sikap yang baik, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Tapi, pertanyaan pentingnya adalah: apakah kurikulum di sekolah-sekolah itu sudah sesuai
dengan tujuan pendidikan dalam Islam? Kalau kita bicara pendidikan Islam, tujuannya bukan
hanya supaya anak pintar dalam pelajaran, tapi juga supaya beriman, bertakwa, berakhlak baik,
dan bisa menjadi manusia yang bermanfaat.
1. Kurikulum Nasional Sekarang
Di sekolah-sekolah umum, pelajaran yang diberikan itu ada Matematika, IPA, IPS, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Seni, Olahraga, dan juga Pendidikan Agama (termasuk Agama Islam
untuk siswa Muslim). Artinya, dari struktur kurikulum memang sudah ada ruang untuk
membangun keimanan dan akhlak siswa.
Selain itu, ada juga pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang fokus
pada sikap berbangsa dan bernegara. Jadi, kurikulum nasional tidak hanya soal akademik, tapi
juga soal pembentukan karakter.
Namun, dalam praktiknya seringkali pelajaran agama porsinya masih sangat sedikit dibanding
pelajaran lain. Misalnya, pelajaran agama biasanya hanya beberapa jam dalam seminggu,
sementara pelajaran seperti Matematika atau Bahasa bisa jauh lebih banyak. Hal ini membuat
sebagian orang menilai bahwa tujuan pendidikan Islam belum sepenuhnya tercapai.
2. Tujuan Pendidikan dalam Islam
Kalau kita melihat tujuan pendidikan Islam, sebenarnya sangat luas dan menyeluruh. Pendidikan
Islam ingin membentuk manusia yang seimbang: punya ilmu, punya keterampilan, tapi juga
punya iman dan akhlak. Dalam Al-Qur'an, manusia diperintahkan untuk mencari ilmu agar
semakin dekat dengan Allah, bukan malah menjauh. Jadi, ilmu dunia dan ilmu agama seharusnya
berjalan bersama.
Misalnya, saat belajar Biologi tentang tumbuhan atau hewan, siswa juga bisa diarahkan untuk
memahami kebesaran Allah yang menciptakan alam semesta. Atau saat belajar Ekonomi, siswa
bisa dikenalkan pada konsep keuangan syariah, sehingga bukan hanya paham teori ekonomi, tapi
juga tahu bagaimana Islam mengaturnya.
Sayangnya, integrasi seperti ini masih belum terlalu kuat di sekolah umum. Jadi, kadang
pelajaran agama terasa berdiri sendiri, tidak nyambung dengan pelajaran lain.
3. Analisis di Setiap Jenjang Sekolah
- Sekolah Dasar (SD):
Di SD, kurikulum lebih menekankan pembentukan sikap dasar seperti disiplin, jujur,
sopan, dan tanggung jawab. Pendidikan Agama Islam di SD biasanya fokus pada
pengenalan akidah, ibadah, dan akhlak sederhana. Ini sudah sesuai dengan tujuan Islam,
karena anak-anak sejak kecil harus dibiasakan berperilaku baik.
- Sekolah Menengah Pertama (SMP):
Di SMP, siswa mulai diajarkan berpikir logis, memahami ilmu pengetahuan dasar, dan
bersosialisasi lebih luas. Pendidikan agama di sini diarahkan agar siswa bisa menghadapi
masa remaja dengan akhlak yang baik. Tetapi, tantangannya besar, karena masa remaja
adalah masa mencari jati diri. Maka, perlu adanya pendekatan yang lebih kreatif dalam
mengajarkan agama, bukan hanya teori tapi juga praktik nyata.
- Sekolah Menengah Atas (SMA):
SMA lebih menekankan pada pemahaman akademik sesuai jurusan: IPA, IPS, atau
Bahasa. Siswa diajak berpikir kritis dan siap melanjutkan ke perguruan tinggi. Dalam
perspektif Islam, ini bagus karena menumbuhkan kecerdasan, tapi jangan sampai ilmu
yang dipelajari terlepas dari nilai-nilai agama. SMA seharusnya jadi tempat untuk
menguatkan akhlak, karena siswa sudah mulai dewasa.
- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK):
Di SMK, siswa lebih diarahkan pada keterampilan kerja, seperti teknik, bisnis, atau
pariwisata. Tujuannya agar setelah lulus bisa langsung bekerja. Dari sisi Islam, hal ini
juga penting karena Islam mendorong umatnya untuk mandiri dan tidak bergantung pada
orang lain. Tantangannya adalah bagaimana siswa SMK tetap mendapat bekal akhlak dan
nilai-nilai Islam, supaya ketika bekerja mereka tidak hanya mencari keuntungan, tetapi
juga jujur, amanah, dan profesional.
4. Apakah Sudah Sesuai dengan Tujuan Islam?
Kalau dilihat secara umum, kurikulum sekolah di Indonesia sebenarnya sudah mengarah pada
hal-hal yang sesuai dengan Islam: ada pelajaran agama, ada pendidikan karakter, ada penekanan
pada ilmu pengetahuan, keterampilan, dan akhlak.
Namun, jika dibandingkan dengan cita-cita pendidikan Islam yang menyatukan antara ilmu dan
iman, kurikulum nasional masih perlu diperkuat. Integrasi nilai-nilai Islam dalam semua mata
pelajaran belum maksimal. Banyak guru juga masih mengajar pelajaran umum tanpa
mengaitkannya dengan nilai keislaman. Padahal, kalau semua pelajaran bisa terhubung dengan
nilai spiritual, maka tujuan pendidikan Islam akan lebih terasa.
5. Kesimpulan
Singkatnya, kurikulum di SD, SMP, SMA, dan SMK di Indonesia memang sudah berusaha
mencerminkan tujuan pendidikan Islam, khususnya dalam hal membentuk iman, takwa, dan
akhlak mulia. Tetapi, pelaksanaannya belum sepenuhnya ideal. Masih ada kesenjangan antara
ilmu umum dan ilmu agama yang diajarkan.
Untuk mencapai tujuan Islam yang lebih utuh, sebaiknya pendidikan agama tidak hanya hadir
dalam jam PAI, tetapi juga diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Dengan begitu, siswa tidak hanya pintar, tapi juga beriman, berakhlak mulia, dan siap menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat serta menjalankan perannya sebagai khalifah di muka bumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI