Lihat ke Halaman Asli

H. H. Sunliensyar

TERVERIFIKASI

Kerani Amatiran

Salah Kaprah tentang Manusia Pertama di Dunia? Begini Sains dan Agama Menjawabnya

Diperbarui: 25 Mei 2022   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Homo neanderthal (ilustrasi). Sumber: www.npg.org

Sebelum sains berkembang sedemikian rupa, manusia telah mengenal teks-teks keagamaan sebagai sumber utama ilmu pengetahuan. Doktrin keagamaan itu diyakini betul kebenarannya hingga bagi mereka yang menolaknya akan dijatuhi hukuman dan sanksi. 

Pada abad ke-17 misalnya, Galileo Galilei pernah dihukum penjara oleh otoritas gereja akibat pendapatnya yang bertentangan dengan teks-teks suci. 

Pertentangan agama dan sains makin melebar, setelah Darwin muncul dengan teori evolusinya. Ia menyatakan bahwa keanekaragaman makhluk hidup yang ada sekarang adalah  hasil dari proses evolusi yang berlangsung sejak jutaan tahun lalu, begitu pula dengan manusia. Ia sama sekali tak menyebutkan manusia berasal dari kera sebagaimana yang dipahami oleh banyak orang.

 Teori ini mendapat dukungan dari para ilmuwan tatkala fosil-fosil "kera aneh" yang berumur jutaan tahun ditemukan di dalam lapisan tanah. Para Ilmuwan hampir kebingungan dengan fosil itu karena bentuk tengkoraknya menyerupai kera tetapi volumenya berbeda dengan volume tengkorak pada spesies kera yang ada sekarang. Begitu pula dengan fosil tulangnya yang lain yang mengindikasikan kera itu berjalan dengan kedua kakinya.

Mereka lantas melekatkan nama manusia purba (hominid) kepada spesies yang hidup jutaan tahun lalu itu. Mengapa disebut manusia purba? Hal ini dikarenakan mereka berjalan dengan kedua kaki mereka dan memiliki kemampuan berpikir yang lebih maju dari kera dilihat dari volume otaknya. Penamaan ini sesuai dengan definisi manusia menurut pandangan mereka.

Manusia dalam pandangan sains dipisahkan dari spesies hewan yang lain dikarenakan perbedaan-perbedaan fisiknya. Struktur rangka yang menjadikan manusia dapat berjalan dengan dua kaki (bipedal) adalah salah satu ciri manusia. Selain itu, volume otak yang menunjukkan kecerdasan juga menjadi pembeda manusia dengan hewan lain. 

Selanjutnya, teori evolusi menjadi landasan bagi para Ilmuwan untuk menjelaskan temuan fosil aneh itu. Mereka menyatakan bahwa fosil itu adalah fosil manusia yang belum mengalami proses evolusi menjadi manusia modern (Homo sapiens), yakni manusia yang ada sekarang. Meski telah berjalan dengan dua kaki, namun otak mereka belum berkembang. Mereka hanya mampu menggunakan alat sederhana untuk mencari dan mengumpulkan makanan.

Sayangnya, para ilmuwan kekurangan data fosil untuk menjelaskan rantai evolusi dari manusia purba hingga menjadi manusia modern. Mereka kemudian berusaha menjelaskan hubungan antara manusia modern dan manusia purba dengan  uji DNA. Hasilnya pun menunjukkan hasil yang menarik berupa keberadaan genom spesies manusia purba seperti Neanderthal dan Denosivans di dalam DNA manusia modern.

Lebih lanjut menurut ilmuwan, manusia purba ini telah punah akibat berbagai faktor. Manusia purba terakhir, Homo neanderthal, punah sekitar 24.000 tahun yang lalu. Sementara itu, manusia modern awal  hidup di Afrika sejak 300 ribu tahun yang lalu, mereka inilah yang menjadi leluhur dari seluruh manusia yang hidup di muka bumi hingga sekarang.

Pandangan ilmuwan sains mungkin disalahartikan oleh masyarakat awam. Mereka menyangka bahwa manusia berasal dari kera yakni kera yang mengalami evolusi sehingga menjadi manusia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline