Ada tiga surat dalam al-Qur'an yang menggambarkan tiga periode kehidupan nabiyallah Ibrahim 'alayhissalam yang dikenal juga sebagai Khalilullah (kekasih Allah) (QS. 4:125) : pertama surat al-An'am yang menjelaskan pencarian akan keberadaan Tuhan saat beliau masa remaja/pemuda, kedua surat al-Shaffat yang menerangkan sat beliau sudah berkeluarga, dan ketiga surat al-Baqarah yang menceritakan cucu beliau, Nabi Ya'qub yang berpesan menjelang kematiannya, kepada anak cucunya.
Ketiga surat ini sama benang merah isinya : kuat kokohnya Tauhid nabiyallah Ibrahim.
Pertama surat al-An'am (6) ayat 74-79 yang mengisahkan pencarian nabiyallah Ibrahim muda tentang tuhan. Ibrahim yang saat itu masih muda (QS. 21:60) suatu ketika melihat bintang dan diduganya itu tuhan. Namun ketika bintang itu tenggelam beliau berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". Berikutnya ketika selanjutnya beliau melihat bulan yang bentuknya lebih besar namun juga sama tenggelam, beliau berkata, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". Terakhir, saat beliau melihat matahari yang lebih besar dari bulan, dan juga terbenam, beliau berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan". Nah, perkataan beliau yang terakhir ini diikuti dengan pernyataan tauhid beliau (yang sehari-hari dibaca kaum muslimin saat shalat !), "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi (juga bintang, bulan, dan matahari, Pen.) dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan".
Demikian rekaman al-Quran tentang periode Ibrahim muda : seorang yang 'gelisah' dan tetapi ia tekun mencari Tuhannya, hingga ditemukannya!
Rekaman al-Quran selanjutnya tercatat pada surat al-Shaffat (37) ayat 100-111 tentang periode saat Nabi Ibrahim sudah berkeluarga, dan memiliki anak yang dalam tradisi Islam, khususnya dalam hadis riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrak diyakini sebagai Ismail, sementara dalam tradisi Ahlul Kitab sebagaimana termaktub dalam Alkitab Kitab Kejadian Ayat 22 sebagai Ishak !) yang Allah perintahkan untuk dikurbankan (disembelih) karena boleh jadi menjadi potensi menyimpangkan (QS. 63:9) ketauhidan ayahnya.
Mendengar informasi dari ayahanya yang sudah pasti adalah wahyu, Ismail muda, yang menurut Muhammad al-Faqiy dalam Qashash al-Anbiya berusia 13 tahun menjawab: "Hai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan (Tuhan) kepadamu. In sya Allah engkau mendapatiku orang-orang yang sabar".
Jawaban Ismail muda mencerminkan seorang anak yang bertauhid; memasrahkan bahkan nyawanya kepada Allah SWT. Karena ayah dan anak bersikap pasrah kepadaNya, Allah menggantikannya dengan seekor domba dan keduanya digolongkan dalam derajat ihsan.
Terakhir, periode di mana Sang Kekasih Allah itu sudah tua dan ada berwasiat kepada anak cucunya, termasuk Nabi Ya'qub, anak dari anak Nabi Ibrahim yang lain : Ishaq.
Surat al-Baqarah (2) ayat 130-133 menuturkan, "Dan tidak ada yang benci kepada agama (TAUHID!) Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang saleh; Ketika Tuhannya berfirman kepadanya : 'Tunduk patuhlah!' Ibrahim menjawab : 'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam'; Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub. (Ibrahim berkata): 'Hai anak-anakku Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam (memasrahkan diri kepada Allah); Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia berkata kepada anak-anaknya : 'Apa yang kalian sembah sepeninggalku?' Mereka menjawab : 'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyanhmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadanya'.
Subhanallah..hebatnya tauhid Sang Khalilullah, anak, cucu, dan keluarga besarnya.