Lihat ke Halaman Asli

Hadiyan

Pengajar Universitas Muhammadiyah Jakarta Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

'Menyantap' Hidangan Besar

Diperbarui: 20 April 2024   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.fimela.com

Hidangan adalah makanan, minuman dan sejenisnya yang disajikan untuk menjadi santapan. Suatu acara apalagi besar biasa menyajikan hidangan untuk melengkapi acara tersebut. Selepas acara, orang-orang yang hadir menyantap hidangan yang disediakan oleh tuan rumah atau penyelenggara acara. Dari mulai acara keluarga, acara keagamaan, hingga acara kenegaraan, ada tradisi menyuguhkan hidangan untuk disantap. 

Dalam literatur Islam, tidak kurang, hadis mendeskripsikan Al-Qur'an sebagai hidangan atau jamuan Allah. Dalam Sunan al-Darimi nomor hadis 3173 disebutkan "Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah jamuan Allah, maka ambillah darinya semampu kalian; dalam hadis nomor 3181 dinyatakan "Sesungguhnya Al Qur'an adalah jamuan Allah maka pelajarilah dari jamuan-Nya semampu kalian. Sesungguhnya Al Qur'an adalah tali Allah, cahaya yang terang dan obat yang bermanfaat. Perlindungan bagi orang yang berpegang teguh dengannya dan keselamatan bagi orang yang mengikutinya. Ia tidak pernah menyimpang hingga harus dicela, dan tidak pernah bengkok hingga harus diluruskan. Keajaibannya tidak pernah habis dan tidak akan membuat bosan karena banyak pengulangan. Oleh karena itu, bacalah Al Qur'an, sesungguhnya Allah akan memberi pahala kepada kalian karena membacanya, dengan setiap huruf sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif lam Mim, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf"; dan pada hadis nomor 3188 dinyatakan "Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah jamuan Allah, barangsiapa yang masuk ke dalamnya maka ia pasti aman".

Hadis bagi seorang muslim adalah panduan hidup. Hadis tentang al-Qur'an sebagai jamuan atau hidangan Allah tentu diperuntukkan untuk manusia. Bukan saja untuk orang-orang Islam (Muslim, Mumin) (QS.2:2-3), tetapi juga untuk manusia pada umumnya (QS.2:185). Untuk keterangan yang terakhir ini, kami teringat pesan almarhum cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid agar al-Qur'an tidak 'dimonopoli' umat Islam, karena al-Qur'an milik dunia, sebagaimana sesungguhnya Rasulullah sebagai 'pemilik' al-Qur'an diutus untuk alam semesta (QS. 21:107 )

Al-Qur'an sebagai jamuan atau hidangan Allah berarti santapan ruhani manusia. Al-Qur'an bukan santapan jasmani. Orang yang membacanya dengan kesungguhan pasti akan mendapat pencerahan. Bahkan Bung Karno, menurut penuturannya sendiri melalui Cindy Adams, 'menelan' al-Qur'an saat usianya 28 tahun dan dia mengatakan puas (dengan keterangan-keterangan al-Qur'an).  

Sebagai hidangan atau jamuan Allah, tentu saja al-Qur'an bukan sembarang hidangan. Dia adalah 'hidangan besar' yang siap disantap dengan merenungkan isinya atau mentadaburinya (QS.47:24). Kewajiban umat Islam terhadap al-Qur'an memang ada empat : membacanya, merenungkan isinya, mengamalkannya, dan mendakwahkannya.

Penulis juga ingat tulisan cendekiawan Muslim lainnya, almarhum Syafi'i Ma'arif dalam rubrik Resonansi Republika (edisi ?) bahwa al-Qur'an adalah suatu bacaan yang cocok buat orang biasa sampai seorang profesor botak.  

Al-Qur'an adalah kata-kata (kalam) Allah sebagai bentuk komunikasiNya kepada manusia. Jika kita berinteraksi aktif dengan menjaga komunikasiNya ini dengan menyantapnya melalui empat kewajiban yang ditulis di atas, in sya Allah hidup kita selamat di dunia dan akhirat. 

Amin




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline