Lihat ke Halaman Asli

Goris Lewoleba

Alumni KSA X LEMHANNAS RI, Direktur KISPOL Presidium Pengurus Pusat ISKA, Wakil Ketua Umum DPN VOX POINT INDONESIA

Bagaimana Memahami Demo Yang Berujung Rusuh Di Tanah Air

Diperbarui: 6 September 2025   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dr. Goris Lewoleba, M.Si

Wakil Ketua Umum dan Juru Bicara VOX POINT INDONESIA

Tak seberapa lama, setelah Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 80, dan masih dalam oktaf  citarasa dirgahayu, munculah demo dan atau unjuk rasa dari masyarakat yang berujung kerusuhan,  disertai dengan penjarahan rumah kediaman para penjabat negara di negeri ini.

Peristiwa ini sontak mengejutkan hampir semua orang dari berbagai  lapisan masyarakat di seantero Tanah Air dan di kalangan mancanegara,  karena hal  tersebut tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi secara sporadis  muncul juga pada sejumlah kota besar lainnya di Indonesia,  dengan modus operandi yang sama dan serupa.

Kemudian timbul pertanyaan di benak publik,
mengapa demo yang terjadi itu  justru
 berujung pada kerusuhan  dan penjarahan ?
 

Sebagaimana diketahui bahwa,  sesungguhnya demonstrasi merupakan salah satu bentuk ekspresi politik masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, protes, atau kritik terhadap kebijakan pemerintah maupun pihak tertentu. Dalam sistem demokrasi, pada prinsipnya demo dilindungi secara memadai sebagai hak konstitusional dari warganegara.

Meskipun demikian,  tidak jarang aksi demonstrasi yang awalnya bernuansa damai, pada akhirnya justru berujung rusuh,  bahkan disertai dengan tindakan penjarahan. Lalu, pertanyaannya, mengapa fenomena seperti ini sering terjadi di kalangan masyarakat Indonesia yang Pancasilais dan berbudi pekerti yang luhur ini ?
Faktor Penyebab Demo yang Berujung Rusuh

Sesungguhnya, aksi demonstrasi pada  minggu yang lalu itu, berawal ketika masyarakat mulai mengkritisi kebijakan tunjangan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, lalu berkembang menjadi aksi anarkis  yang tak terkendali.

Setelah menimbulkan korban jiwa, dimana  Affan Kurniawan, seorang Pengemudi Ojek Online yang tewas akibat ditabrak dan dilindas kendaraan taktis Brimob pada 28 Agustus 2025,  demonstrasi justru berubah menjadi chaos yang tak terelakkan.
Dengan situasi yang demikian, maka muncul kekhawatiran terhadap kekacauan  menjelang era reformasi pun sempat menyeruak ke persepsi publik.

 Apalagi, demonstrasi kali ini juga disertai aksi massa yang menjarah sejumlah rumah politikus dan menteri,  yang kembali mengingatkan publik pada kisah kelam peristiwa 1998 yang masih menyisakan trauma  sampai saat ini.

Memperhatikan peristiwa dan fenomena sosial yang  terjadi dalam demo yang berujung rusuh itu,  maka tampaknya terdapat beberapa faktor yang  menjadi pemicu maraknya aksi demo dan tindakan  anarkis dimaksud antara lain, adalah adanya
Faktor Emosional Massa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline