Dikatakan demikian karena, dalam pengalaman dan kenyataan, massa yang berkumpul dalam jumlah besar cenderung terbawa arus emosi kolektif. Fenomena ini dikenal dalam psikologi massa sebagai Deindividuasi, yaitu hilangnya kontrol diri ketika berada dalam kerumunan. Individu merasa "terlindungi" oleh banyaknya orang sehingga lebih mudah melakukan tindakan destruktif yang tidak akan berani ia lakukan sendirian.
ituasi seperti ini dapat dijelaskan dengan meminjam Zimbardo (2018) dalam karyanya yang fenomenal: The Lucifer Effect yang menguraikan bagaimana situasi sosial (termasuk deindividuasi) dapat membuat orang yang baik sekalipun  dapat melakukan kejahatan.
Kerusuhan Terjadi Karena Provokasi
Selain itu, ada faktor penting lainnya yang menjadi pemicu terjadinya demo berujung rusuh karena adanya
Provokasi dan Infiltrasi.
Sebagaimana diketahui publik bahwa, tidak jarang dalam aksi unjuk rasa, terdapat provokator yang menyusup dengan tujuan untuk memancing keributan. Provokasi dapat dilakukan melalui ejekan, pelemparan benda, atau penyebaran isu hoax yang membuat massa menjadi tersulut.
Demikian pula, Â Infiltrasi juga bisa datang dari pihak-pihak yang sengaja ingin memperkeruh situasi agar citra demonstran menjadi buruk di mata publik.
Semua hal sebagaimana yang dijelaskan di atas, dapat menjadi akumulasi dari ketidakpuasan yang semakin menumpuk di hati dan pikiran para pengunjuk rasa. Hal ini disebabkan karena, banyak aksi massa muncul dari akumulasi rasa frustrasi terhadap masalah sosial, ekonomi, atau politik.
Jika jalur dialog tidak berjalan, maka  demo menjadi saluran terakhir, dan  ketika tidak ada respon yang memuaskan, dan dengan provokasi yang mereka alami, maka perasaan amarah bisa meledak dan berubah menjadi kerusuhan, apalagi jika aparat dinilai terlalu represif terhadap para pengunjuk rasa.
Selain itu, ada faktor pemicu yang bersifat derivatif yaitu Lemahnya Manajemen Aksi.
Dikatakan demikian karena, dalam beberapa kasus, jika aksi massa tidak dikelola dengan baik, karena kurangnya koordinator lapangan serta  lemahnya komunikasi antar kelompok, hingga tidak adanya aturan internal yang jelas, maka hal itu akan  membuat aksi massa menjadi rawan disusupi tindakan anarkis oleh pihak lain dalam hal ini sang provokator yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan.
Kecuali itu, ada hal lain yang tak kalah penting yang menjadi faktor pendorong terjadinya aksi demo yang berujung rusuh yaitu, Faktor Ekonomi. Situasi dan kondisi seperti inilah yang kerap kali memunculkan niat  dalam memanfaatkan  kesempatan untuk melakukan Penjarahan.