Lihat ke Halaman Asli

Giens

freelancer

Suyudono Utus Durna untuk Hasut Panglima, Hadiahnya Lebaran Kuda

Diperbarui: 9 Januari 2017   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay.com

Alkisah di kesatrian Jangkar Bumi,Antareja sedang beristirahat. Setelah menyelesaikan berbagai peristiwa politik di Amarta, ia minta izin cuti pada istana. Meski merupakan salah satu panglima Amarta, ia masih manusia; butuh rekreasi dengan keluarga. Sang uwa Prabu Puntadewa pun maklum dan memberinya kelonggaran sementara. Alhasil, Antareja sukses berlibur bersama keluarga meski hanya di sekitar kesatrian saja.

Sayangnya, kedamaian Antareja tidak lama berlangsungnya. Ia terpaksa menerima tamu politik yang tak diundang: Begawan Durna beserta rombongannya. Setelah mempersilakan masuk dan menjamu sepantasnya, Antareja  bertanya.

"Apa gerangan yang menjadikanEyang berkunjung ke kediaman saya?"

"Ah, Eyang hanya ingin menengok cucu eyang yang perkasa. Eyang dengar belum lama ini cucunda Antarejaikut mengamankan wisuda Gatotkaca yang dijadikan raja di Pringgandani?"

"Benar Eyang."

"Itu masalahnya!"

"Masalah?"

"Iya. Antareja jelas lebih perkasa daripada Gatotkaca. Antareja juga lebih tua. Mengapa yang dijadikan raja oleh Bima justru Gatotkaca? Itu jelas tidak adil."

"Tapi, Eyang, rakyat Pringgandani yang menjunjung Dimas Gatotkaca sebagai raja. Ibu Arimbi ibukandung dinda Gatotkaca memang pewaris sah Pringgandani."

"Itu cerita bapakmu saja. Apa sih yang tidak bisa dilakukan bapakmu? Menjadikan Gatotkaca sebagai raja itu kemauan bapakmu karena lebih sayang pada adikmu. Ini tidak adil! Kamu juga berhak jadiraja. Kamu harus menuntut orangtuamu untuk menjadikanmu raja!" Sambil merapal mantera penghasutan, Durna terus membakar hati Antareja.

Mantera penghasutan yang dirapal Durna tidak main-main. Sukma angkara murka yang gentayangan di angkasa sontak tertarik ke bawah merasuk ke dalam jiwa Antareja. Sekejap kemudian terlihat mata Antareja mencorong kemerahan dan sisik-sisik tubuhnya mengkilap keemasan. Itu tanda kemarahannya bangkit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline