Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Andai Air Keran Indonesia Bisa Langsung Minum

Diperbarui: 6 Desember 2019   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shutterstock/Yuri Samsonov

Orang-orang Jerman sedang bergunjing. Mereka ini membicarakan tentang wacana dari EU bahwa restoran harus menggratiskan air minum tanpa gas atau air minum dari kran yang diminum tamu. 

Intinya, komisi Eropa ingin bahwa hak (HAM) mengkonsumsi air bersih di negara-negara EU harus ditegakkan. Semua orang berhak minum air bersih gratis. Menteri Lingkungan Hidup Jerman sendiri sudah sejak dua tahun yang lalu memberi lampu hijau terhadap usulan brilian ini.

Yup. Sebelum Jerman, sudah ada Perancis yang sudah sejak lama mewajibkan air minum putih gratis. Begitu pula di Austria, negara tetangga Jerman dan Perancis, sudah banyak restoran yang berbaik hati melayani air minum tanpa bea itu. Keren.

dokpri

Pro dan Kontra Air Minum Gratis di Resto Jerman
Selama keliling EU saya sering mengingat harga-harga dan membandingkannya dengan apa yang saya tahu di negara tumpangan, Jerman. Makanan di restoran Jerman termasuk murah dibanding negara-negara tetangga. Sebut saja Swiss atau Perancis. 

Jika saya masih bisa nemu pizza di Jerman 5 euro satu piring normal bukan kecil, sangat sulit untuk mendapatkannya di luar negeri. Rata-rata masakan seperti Schnitzel, daging pipih yang dilumuri tepung, remah roti dan telur lalu digoreng dibandrol rata-rata 10 euro, di negara-negara tetangga Jerman lebih mahal. Satu contong es  krim di Jerman masih ada yang 1 euro, di Swiss dan Portugal sudah 3-4 kali lipatnya.

Maka dari itu, pihak restoran sangat khawatir bahwa usahanya bakal bangkrut. Menurut mereka, biasanya, keuntungan akan mereka raup dari menjual minuman (bukan dari makanan). Lahhhh kalau air putih digratiskan, bisa bangkrut, kan. Profit yang didapat resto digunakan untuk membayar pekerja, belanja dan pengembangan resto sendiri.

Taruh saja 250 ml atau satu gelas Apel Schoerle (campuran jus apel dan air putih gas) dihargai 2,50 euro. Padahal kalau kita beli sendiri di toko swalayan dengan merek yang sama sudah, 1 liter jus apel rata-rata 1-2 euro. Air putih bergas satu liter 0,19 sen. Artinya, dengan segelas minuman di restoran itu kita bisa mandi jika beli sendiri! 

Kebalikannya, itu jadi pundi-pundi pemilik resto. Sebabnya, air putih masih dihitung dalam bon. Ada sih, beberapa resto yang berbaik hati untuk memberikannya sebagai penawar gratis karena tamu pesan dessert; puding atau es krim semangkok.

Dukungan dari pihak yang pro penggratisan air, mereka beranggapan bahwa tidak semua orang Jerman minum air putih ketika makan di restoran. Jadi, nggak papa, tidak akan mempengaruhi bisnis restoran. Ada lho, tamu yang sengaja pesan air putih pas makan karena gratis.

Kalau saya pesan air putih karena saya orang kampung yang sampai hari ini nggak bisa mengikuti adat orang Jerman yang harus minum pakai gas. Coba, deh. Air putih pakai gas, jus buah pakai gas. Konon, mereka suka begitu lantaran demi mengatasi supaya rasa haus tidak terlalu cepat datangnya. Benarkah?

Mayoritas masyarakat Jerman juga sangat suka minum bir. Nggak heran ada festival bir sampai pagi di Oktoberfest. Saya bayangkan bahwa mereka memandang bir layaknya air putih, "glek-glek-glek" begitu. Bir (entah warna putih, kuning atau hitam) dikatakan sebagai minuman alami karena dibuat dari "Malz" (sejenis padi-padian) dan sebagian besar=air, sehat untuk dikonsumsi!

Begitu pula Wein" atau anggur. Berbeda dengan Anggur di Indonesia yang kata orang Jerman, rasanya seperti cuka. Anggur Jerman banyak yang manis dan lezat. Saya belum pernah coba tapi saya yakin itu. Buktinya, kalau sudah pada minum anggur, semua pada "tewas" seketika, tertidur di pulau kapuk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline