Lihat ke Halaman Asli

Heli Resti

Auditor

GCG Disruption

Diperbarui: 14 April 2020   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Si Covid19 itu tidak kasat mata, tetapi dampaknya bukan hanya perubahan...  It's more disruption! Topik ini muncul saat harus bekerja dengan masker, jaga kebersihan dan juga pembatasan. 

Jadi ingat juga, sejak tahun 2019 lalu, topik yang paling trending di kalangan manajemen dan profesi salah satunya adalah business disruption khususnya karena desakan revolusi industri 4.0. Tahun lalu saat diskusi terjadi, ada yang paham apa itu disruption, ada juga yang sekedar bayangin saja juga sulit tergambar seperti apa disruption.

Lantas, setidaknya dalam 3 pekan lebih ini di Indonesia, sejak si corona covid19 masuk Indonesia dan gerakan "from home" terjadi, sehingga kegiatan normal dengan kehadiran fisik sangat berkurang, dan kemudian hari-hari menjadi pengalaman begitu berbeda. Dan inilah, akhirnya mengenali apa yang disebut "disruption".

Perilaku berubah, konsumsi berubah dan interaksi juga berubah. Kebutuhan teknologi dan memang harus memanfaatkan teknologi informasi karena tidak bisa bisnis as usual. Duh. Dengan setengah "keterpaksaan" teknologi digunakan untuk komunikasi karena harus physical distancing dan work from home.

Selain komunikasi, disruption yang paling dirasakan adalah mismatch dalam supply demand. Dalam kondisi disruption yang dipicu pandemi dan genting ini perubahan tidak sepenuhnya sejalan atau searah. Produksi tidak menjadi linier dengan kebutuhan pasar. 

Untuk sementara, dunia marketing tenggelam. Tanpa marketing produk, beberapa produk sudah diburu masyarakat. Korporasi juga langsung merasakan disruption.  

Stock barang menipis, produksi belum siap.  Kebutuhan hand sanitizer misalnya, meningkat, namun tidak seiring dengan produksi karena faktor produksi tidak langsung bisa flexible bergerak.

Pandemi corona membuat ketakutan secara individu, pastinya. Namun, secara korporasi atau usaha tetap tidak bisa berasumsi takut dan tidak beroperasi, pastilah 'Governing Body' melihat pengelolaan perusahaan dengan konteks sustainability usaha, tidak hanya untuk profit tetapi untuk kebutuhan stakeholder. Korporasi tidak boleh berhenti dalam aksi dan strateginya. GCG pun juga disruption. Masa physical distancing misalnya rapat para organ korporasi, minutes of meeting, kinerja drop dsb.   

Accountability

Prinsip akuntabilitas salah satunya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam masa pembatasan ini adalah periode dilaksanakan RUPS pengesahan laporan keuangan. Dengan kondisi ini, perlu dibuat contigency pelaksanaan RUPS secara virtual, siapa yang wajib ikut agar quorum. 

Bagaimana Risalah RUPS akan disiapkan apakah digital atau circular. Hal ini penting, dalam kondisi darurat pandemi sekalipun akuntabilitas tetap dipegang, transparansi tetap dilaksanakan. Atau pilihan lain penundaan RUPS, berapa lama RUPS bisa ditunda mejadi hal yang harus diperhatikan untuk penerapan GCG perusahaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline