Mohon tunggu...
Heli Resti
Heli Resti Mohon Tunggu... Lainnya - Auditor

Aku hanya sekelumit dari dunia ini, disini aku tidak dibawasi tempat dan tidak terhambat waktu.

Selanjutnya

Tutup

Money

GCG Disruption

14 April 2020   13:06 Diperbarui: 14 April 2020   13:07 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Si Covid19 itu tidak kasat mata, tetapi dampaknya bukan hanya perubahan...  It's more disruption! Topik ini muncul saat harus bekerja dengan masker, jaga kebersihan dan juga pembatasan. 

Jadi ingat juga, sejak tahun 2019 lalu, topik yang paling trending di kalangan manajemen dan profesi salah satunya adalah business disruption khususnya karena desakan revolusi industri 4.0. Tahun lalu saat diskusi terjadi, ada yang paham apa itu disruption, ada juga yang sekedar bayangin saja juga sulit tergambar seperti apa disruption.

Lantas, setidaknya dalam 3 pekan lebih ini di Indonesia, sejak si corona covid19 masuk Indonesia dan gerakan "from home" terjadi, sehingga kegiatan normal dengan kehadiran fisik sangat berkurang, dan kemudian hari-hari menjadi pengalaman begitu berbeda. Dan inilah, akhirnya mengenali apa yang disebut "disruption".

Perilaku berubah, konsumsi berubah dan interaksi juga berubah. Kebutuhan teknologi dan memang harus memanfaatkan teknologi informasi karena tidak bisa bisnis as usual. Duh. Dengan setengah "keterpaksaan" teknologi digunakan untuk komunikasi karena harus physical distancing dan work from home.

Selain komunikasi, disruption yang paling dirasakan adalah mismatch dalam supply demand. Dalam kondisi disruption yang dipicu pandemi dan genting ini perubahan tidak sepenuhnya sejalan atau searah. Produksi tidak menjadi linier dengan kebutuhan pasar. 

Untuk sementara, dunia marketing tenggelam. Tanpa marketing produk, beberapa produk sudah diburu masyarakat. Korporasi juga langsung merasakan disruption.  

Stock barang menipis, produksi belum siap.  Kebutuhan hand sanitizer misalnya, meningkat, namun tidak seiring dengan produksi karena faktor produksi tidak langsung bisa flexible bergerak.

Pandemi corona membuat ketakutan secara individu, pastinya. Namun, secara korporasi atau usaha tetap tidak bisa berasumsi takut dan tidak beroperasi, pastilah 'Governing Body' melihat pengelolaan perusahaan dengan konteks sustainability usaha, tidak hanya untuk profit tetapi untuk kebutuhan stakeholder. Korporasi tidak boleh berhenti dalam aksi dan strateginya. GCG pun juga disruption. Masa physical distancing misalnya rapat para organ korporasi, minutes of meeting, kinerja drop dsb.   

Accountability

Prinsip akuntabilitas salah satunya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam masa pembatasan ini adalah periode dilaksanakan RUPS pengesahan laporan keuangan. Dengan kondisi ini, perlu dibuat contigency pelaksanaan RUPS secara virtual, siapa yang wajib ikut agar quorum. 

Bagaimana Risalah RUPS akan disiapkan apakah digital atau circular. Hal ini penting, dalam kondisi darurat pandemi sekalipun akuntabilitas tetap dipegang, transparansi tetap dilaksanakan. Atau pilihan lain penundaan RUPS, berapa lama RUPS bisa ditunda mejadi hal yang harus diperhatikan untuk penerapan GCG perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun