Lihat ke Halaman Asli

Fiona Try

S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Buah dari Kegigihan: Perjuangan Jurnalisme Pikiran Rakyat

Diperbarui: 3 Oktober 2021   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mesin Cetak Lama Pikiran Rakyat. Foto: www.flickr.com

Bandung, kota yang sejuk dan dikenal sebagai kota Paris Van Java ini ternyata memiliki peristiwa sejarah pers yang jarang kita ketahui.

Pikiran Rakyat merupakan salah satu surat kabar atau koran di Bandung yang mengalami perjalanan cukup panjang untuk dapat bebas dari masa-masa sulit pemerintahan orde baru.

Perjalanan terbentuknya surat kabar Pikiran Rakyat akan saya rangkum dalam 3 fase, diantaranya fase pengenalan, fase masa sulit pers, dan fase perkembangan.

Dari Fikiran Ra'jat Menuju Pikiran Rakyat 

Contoh cetakan Pikiran Rakjat kepada pelanggan. Sumber: poestahadepok.blogspot.com

Fikiran Ra'jat, Pikiran Rakjat atau yang lebih kita kenal di zaman millenial adalah pikiran rakyat sebenarnya bukan surat kabar yang pertamakali muncul di Bandung. Karena tujuh belas tahun sebelumnya, tepatnya 30 Mei 1930 telah berdiri koran bernama  Warta Harian Pikiran Rakjat, yang diterbitkan oleh Bandung Naamloze Vennootschap, penerbit yang berada di Jl. Asia Afrika 133, Bandung.

Surat kabar harian Pikiran Rakjat ini didirikan oleh Djamal Alidan A.Z. Palindih yang merupakan presiden direktur saat itu. Surat kabar ini tentunya dibantu oleh Sakti Alamsyah Siregar selaku Pemimpin Redaksi dan Ahmad Sarbini merupakan Ketua Bagian Penelitian, Perencanaan dan Promosi (BP3).

Sebenarnya jika kita melihat kembali kedalam masa lalu, pada tahun 1926, Fikiran Ra'jat sudah dikenal oleh masyarakat, namun eksistensinya lebih dikenal sebagai surat kabar dan koran bawahan Partai Nasional Indonesia (PNI) oleh Ir. Sukarno.

Hadirnya Fikiran Ra'jat membuat Bung Karno  menuliskan pemikiran politiknya mengenai pertentangan kebijakan dan politik pemerintah Hindia-Belanda. Namun, sekitar tahun 1930 saat PNI dilarang oleh pemerintah kolonial, Fikiran Ra'jat meredup bahkan tidak terlihat kembali eksistensinya.

Di awal 1950, terbit sebuah "berita harian" dengan sedikit perubahan ejaan bernama Pikiran Rakjat oleh Djamal Ali.

Pahitnya Kebijakan Pers (1965-1967)

karakter iconic Pikiran Rakyat. Sumber: bandungbergerak.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline