Lihat ke Halaman Asli

Feodora Elisya Kinanti

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Masa Jaya, Kemunduran, dan Kebangkitan : Dinamika Perfilman Indonesia

Diperbarui: 15 September 2025   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Perkembangan perfilman Indonesia mengalami perjalanan dan dinamika yang panjang dari masa – ke masa. Dimana perkembangan film ini dapat merepresentasikan kondisi sosial, politik, dan teknologi yang dialami dalam era tersebut. Tonggak awal perfilman dimulai sejak tahun 1926 dengan munculnya film berjudul Loetoeng Kasaroeng, yang banyak diperankan oleh aktor pribumi. Film ini mempresentasikan awal mula ketertarikan masyarakat terhadap dunia sinema meskipun dalam proses produksinya masih dipengaruhi oleh kolinialisme. Meskipun begitu, jika dianalisa lebih dalam, kebanyakan dari film pada masa ini sudah mulai membentuk identitas sinematik lokal meskipun belum sepenuhnya bebas secara ideologis. Dilanjutkan oleh film Terang Boelan yang hadir sebagai titik balik dunia perfilman yang sukses secara komersial dan memperlihatkan bahwa film lokal berhasil bersaing dengan pasar asing. Keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi banyaknya rumah produksi untuk mengangkat tema budaya lokal. Selain melalui film Terang Boelan, ada pula film yang berjudul Darah dan Doa yang dibuat pada masa pasca kemerdekaan, yang dimana berfokus pada perspektif kebangsaan. Dari sudut pandang naratif, film – film yang dibuat pada era ini juga mulai mengeksplorasi tema sosial, perjuangan, dan nasionalisme. Era ini menggambarkan kesadaran masyarakat dimana film dapat menjadi alat pembentuk identitas bangsa dan bukan hanya produk hiburan. Film yang berjudul Darah dan Doa termasuk film yang begitu penting dalam sejarah perfilman, maka dari itu tanggal syuting pertamanya ditetapkan menjadi Hari Film Nasional.


Masa keemasan industri film di Indonesia berlangsung pada tahun 1970-1980 an dimana prduksi film lokal mencapai puncak terbaiknya baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jika dilihat dari segi narasi, perfilman Indonesia pada masa ini banyak menjangkau berbagai lapisan masyarakan, dimana narasi yang dibentuk dalam era ini tetao linear dan konvensional dengan genre yang beragam. Mulai dari drama keluarga, komedi, hingga horor. Meskipun sempat mengalami masa jaya, pada tahun 1990an, perfilman Indonesia mengalami kemunduran yang didukung oleh faktor krisis ekonomi, dan sistem pemerintahan Orde Baru. Pada era ini, sinetron televisi banyak mengambil alih fungsi film sebagai hiburan utama masyarakat. Dari segi sinematografi, naratif dan juga estetika film pada era ini juga cenderung membosankan dan berulang.


Kemunduran ini terjadi hingga awal 2000an dan kebangkitan dunia film Indonesia diawali dengan munculnya film dnegan judul Ada Apa dengan Cinta? Yang menghidupkan kembali minat masyarakat indonesia terhadap industri perfilman lokal. Narasi yang tetap linear, disertai dengan adanya keberanian untuk mengangkat tema yang lebih dekat dengan realitas anak muda mendukung keberhasilan film pada era ini yang membuka ruang baru untuk munculnya sinema yang independen dan lebih berekperimental. Pada era 2010 hingga saat ini, industri film Indonesia terus berkembang pesat dari segi bentuk, gaya, dan distribusi. Narasi yang menyusun cerita secara fragmentaris membuat warna baru untuk setiap genre.


Dari segi filmatologi, transformasi yang terjadi pada industri film Indonesia sangat signifikan karena menunjukkan bahwa industri film Indonesia tidak hanya berkembang secara industri tetapi juga secara estetika dan intelektual. Film yang tidak lagi dilihat sebagai produk konsumsi massa, tetapi juga sebagai teks budaya yang bisa dibaca, dianalisis, dikritisi dan juga bisa sebagai sarana untuk menyampaikan sebuah aspirasi. Hal ini menunjukkan bahwa perfilman Indonesia telah memasuk tahap kedewasaan, dimana estetika, naratif, dan ideologis dapat berjalan secara beriringan, serta terbuka terhadap dialog global tanpa harus meninggalkan unsur lokal dalam pembuatan film itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline