Lihat ke Halaman Asli

Farel Saputra

Student collage of State University of Jakarta

Dari Perang Dagang, Hingga Perang Rudal, Muncul Peluang di Tengah Malapetaka?

Diperbarui: 4 Juli 2025   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deklarasi besaran jumlah tarif perang dagang II

Kilasan

  • Perang Dagang

Berita di media sosial saat ini dibanjiri dengan isu yang mengkhawatirkan. Perang dagang yang kembali diusungkan oleh AS dikhawatirkan akan memberikan efek domino terhadap perekonomian global. Sejak 2 April 2025 presiden AS yakni Donald John Trump resmi mengumumkan tarif resiprokal (timbal balik). Tarif ini sebelumnya sudah pernah diberlakukan oleh Donald John Trump pada tahun 2018, akankah dampaknya lebih buruk dari tahun tersebut, pasalnya nama Indonesia digadang-gadang akan terkena dampaknya dan banyak pihak yang mengkhawatirkan perekonomian Indonesia akan terpuruk karena ini.

  • Ancaman Perang Drone, Rudal Hingga Nuklir!

Tidak sedikit konflik yang terjadi diwilayah timur-tengah perihal politik, sengketa wilayah, hingga pemanfaatan suatu energi. Saat ini mata dunia tertuju pada konflik yang digarap Israel dengan Iran, pasalnya konflik ini bermula saat Israel meyakini bahwasanya Iran mempunyai senjata pemusnah massal (Nuklir). Sebelum penyerangan tersebut Israel terlebih dahulu sudah banyak menggulingkan kepala militer Iran dengan membunuhnya satu-persatu, ini merupakan salah satu alasan mengapa Iran berani membalas serangan Israel.

  • Banyak Malapetaka, Banyak Peluang?

Semua berita mengabarkan kepanikan, jika dihadapkan pada sebuah kondisi saat ini kita sebagai investor harus tangguh dan bisa beradaptasi dengan cepat. Melihat 2 fenomena di atas, kita mengetahui bahwasanya ekonomi makro secara global untuk saat ini sedang bergejolak (memanas), sebagai "Intelligent Investor", kita bisa memantau fenomena yang terjadi dengan tenang dan jeli (mencari bisnis yang diuntungkan dari fenomena tersebut) terhadap "peluang" yang ada. Contohnya, pada tahun 2022 saat Rusia menginvasi Ukraina harga batu bara acuan (New Castle) lompat dari sebelumnya 50-100 $/ton menjadi 350-430$/ton dalam sekejap.

Perang Dagang

  • Trade War I

Perang dagang yang digarap oleh AS sudah ada sejak Donald John Trump duduk di kursi kepresidenan pada tahun 2018. Pada saat itu, Amerika merasa perlu melakukan intervensi pasar untuk mendapatkan keadilan dan kesetaraan pada perdagangan internasional, melindungi produk dalam negeri, dan menjaga defisit perdagangan. Amerika hanya memberlakukan tarif terhadap produk-produk China seperti menaikkan bea impor masuk mesin cuci dan panel surya masing-masing sebesar 20% dan 30%, menaikkan tarif baja sebesar 25% dan 10% untuk aluminium, namun pada saat yang sama China membalas dengan menaikkan tarif impor produk babi dan skrap aluminium sebanyak 25%. Hingga akhirnya trade war I hanya mencapai pada kesepakatan fase I dan menangguhkan kesepakatan fase II sebab menyebarnya wabah Covid-19.

  • Trade War II

Berita di media sosial saat ini dibanjiri dengan isu yang mengkhawatirkan. Perang dagang yang kembali diusungkan oleh AS dikhawatirkan akan mengganggu perekonomian global. Sejak 2 April 2025, presiden AS yakni Donald John Trump resmi mengumumkan tarif resiprokal (timbal balik). Kali ini China tidak sendirian, Trump memberlakukan tarif resiprokal kepada seluruh mitra dagang Amerika yang melakukan ekspor ke Amerika sebab ini menyebabkan trade deficit (defisit perdagangan yang disebabkan oleh impor yang lebih banyak daripada ekspor ke negara tersebut). Tarif resiprokal dasar dikenakan 10% pada seluruh mitra dagang Amerika per tanggal 2 April 2025.

Salah satu alasan mengapa Donald John Trump memberlakukan perang dagang karena Amerika sedang mengumpulkan dana untuk menutupi kesulitan pembayaran utang negara yang akan jatuh tempo sebesar 3 triliun USD, dengan Jepang dan China sebagai pembeli obligasi terbanyak, apabila Amerika tidak mampu membayar utang bunga obligasi tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa Amerika akan "kalah" dari China (sebagai mitra dagang) dan ketidakpercayaan investor terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika sebagai negara adidaya.

  • Dampaknya Terhadap Indonesia

Perlu disadari bahwasanya kedua negara tersebut yakni Amerika Serikat dan China saat ini merupakan poros ekonomi global sebab kedua PDB (Product Domestic Bruto) negara tersebut merupakan yang tertinggi bila dibandingkan dengan negara maju lainnya, Amerika memegang kisaran 20-30% PDB dunia dan China menyusul sekitar 15-16% PDB dunia. Diusungnya fenomena tarif resiprokal dengan diikuti demand yang melemah akan menekan ekonomi suatu negara. Indonesia melakukan ekspor ke China sebesar 22,40% sementara itu China juga memiliki transaksi ekspor ke Amerika Serikat sebesar 14,7%. Apabila tarif dinaikkan antara kedua negara maupun negara lainnya maka akan menyebabkan perlambatan perdagangan China ke Amerika Serikat serta di ikuti perdagangan Indonesia ke China yang ikut melambat, imbas melambatnya perdagangan diikuti dengan ketegangan politik setempat ini akan mempengaruhi harga suatu komoditas; Batubara (New Castle), nikel, dan tembaga.

Perlu kita ketahui bahwasanya pangsa pasar ekspor negara Indonesia tidak hanya Amerika, namun porsi ekspor terhadap negeri paman sam tersebut dinilai kecil daripada yang dikhawatirkan semua orang hanya sekitar 1,8%-2,2% terhadap PDB yang artinya hanya mempengaruhi sekitar 0,3-0,5% dari poin pertumbuhan Indonesia di tahun 2025 yang ditargetkan mencapai 5,2%. Indonesia memiliki porsi ekspor yang besar terhadap negara china yakni sebesar 23,5% terhadap keseluruhan pendapatan nilai ekspor Indonesia, hal ini cukup berkontribusi besar apa bila terjadi ketegangan dagang antara Amerika dan China yang secara tidak langsung akan memberikan domino effect terhadap perlambatan ekonomi global yang akan mempengaruhi ekonomi Indonesia.

*Bagaimana mendapatkan angka 1,8%-2,2% ialah cari nilai ekspor Indonesia ke Amerika pada tahun 2024 ($26,31milliar) dan PDB Indonesia tahun 2024 yakni sebesar ($1396,30milliar)*

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline