Lihat ke Halaman Asli

Rita Mf Jannah

Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Ilfeel, Mati Rasa, dan Dinamika Psikologis dalam Hubungan Toksik

Diperbarui: 18 Agustus 2025   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pasangan ilfeel dan mati rasa dalam cinta (Sumber gambar: Meta AI)

Ilfeel dan mati rasa dalam hubungan toksik bukanlah aib atau tanda kelemahan, melainkan alarm biologis-psikologis bahwa jiwa sedang menolak keterpurukan lebih dalam

Fenomena ilfeel (hilangnya rasa nyaman/tertarik) dan mati rasa emosional sering kali muncul dalam hubungan yang bersifat toksik. 

Tulisan ini membahas bagaimana respons tersebut bukanlah tanda kelemahan atau kegagalan, melainkan mekanisme pertahanan diri (self-defense mechanism) yang sehat dari jiwa untuk menolak kondisi hubungan yang mengekang, merendahkan, atau tidak setara. 

Analisis dilakukan melalui perspektif psikologi relasional, teori trauma bonding, dan dinamika kebutuhan emosional manusia.

Pendahuluan

Cinta yang sehat bukan hanya tentang keintiman fisik, melainkan dukungan emosional, komunikasi, dan validasi identitas. 

Namun dalam beberapa hubungan, salah satu pihak bisa mengalami penolakan terhadap kebutuhannya, bahkan diremehkan. 

Hal ini dapat memicu perasaan ilfeel atau bahkan mati rasa. 

Pertanyaannya: apakah ini tanda kebosanan semata, ataukah justru alarm biologis-psikologis bahwa hubungan tersebut tidak lagi menyehatkan?

Metodologi

Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif-analitis dengan:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline