Lihat ke Halaman Asli

Rita Mf Jannah

Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Refleksi Tanpa Kedalaman: Politik Narcissus dan Krisis Demokrasi Emosional di Era Digital

Diperbarui: 25 Juni 2025   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi narsis (Sumber gambar: Meta AI)

Jika politik narcissus tak diatasi, kita hanya akan memiliki pemimpin yang pandai tampil, tapi gagal berpikir

Dalam mitologi Yunani, Narcissus adalah seorang pemuda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri. 

Kini, dalam lanskap politik kontemporer---terutama Indonesia---gejala serupa muncul di kalangan politisi dan publik: obsesi terhadap citra, popularitas, dan viralitas menggantikan fokus pada substansi dan keberpihakan kebijakan. 

Fenomena ini disebut oleh para pengamat sebagai Politik Narcissus.

Definisi dan Karakteristik

Politik Narcissus adalah istilah yang merujuk pada gaya berpolitik yang:

*Menitikberatkan pencitraan personal ketimbang kinerja substantif,

*Mengejar viralitas di media sosial sebagai tolak ukur keberhasilan,

*Menggunakan emosi publik sebagai alat mobilisasi,

*Menghindari debat ideologis atau gagasan yang memerlukan pemikiran kritis.

Fenomena di Indonesia (2024--2025)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline