Kartini tidak hanya dikenang sebagai pahlawan, tapi juga sebagai perempuan tangguh yang tahu cara membuat sambel terasi tak gosong
Hari itu, tanggal 21 April.
Rita, seorang perempuan modern berdarah Kartini, berdiri di balkon rumahnya, mengenakan kebaya merah bunga-bunga dan selendang batik yang entah kenapa bikin dia merasa seperti pahlawan nasional... atau tukang jamu.
Di sebelahnya, Fallan---pria Islandia, CEO super ganteng, cinta mati padanya---sedang sibuk membakar sate kambing sambil membaca puisi Chairil Anwar pakai logat bule.
"Akuu, binatang jalang... dari kumpulan yang terbuang..."
"Fallan, itu bukan mantra buat bakar sate!"
"Maaf, Sayang," katanya sambil membalikkan sate dengan gaya dramatis. "Aku cuma ingin Kartiniku merasa istimewa hari ini."
Rita menghela napas. "Kalau mau buat aku istimewa, tolong jangan sampe sambel terasi gosong. Itu bisa dihukum pancung di tanah Jawa."
Fallan cengar-cengir, mukanya belepotan kecap, tapi matanya tetap penuh cinta. "Aku akan pertaruhkan seluruh saham PT Langit Satu Persada demi sambel ini."
Mereka pun makan di balkon, ditemani angin sore, suara kucing bernama BotBot yang mengeong penuh curiga, dan suara tetangga yang karaoke lagu "Kemesraan".
Saat Fallan mencoba menyuapi Rita dengan nasi panas, sendoknya jatuh dan mengenai jidatnya sendiri. Rita ketawa sampai air mata.