Lihat ke Halaman Asli

Program Makan Bergizi Gratis di SMAN 1 Tanjung Selor Mempengaruhi Pendapatan Kantin, Keuntungan Menurun Hingga Lebih Dari 50%

Diperbarui: 21 September 2025   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tanjung Selor, 1 September 2025 -- Sejak diberlakukannya program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMA Negeri 1 Tanjung Selor, sejumlah perubahan mulai terasa, terutama pada sektor kantin sekolah. Meski program ini memberikan manfaat besar bagi siswa, ternyata berdampak cukup serius terhadap pendapatan para pelaku usaha kantin.

Latar Belakang Program MBG

Program MBG merupakan salah satu kebijakan unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Sejak masa kampanye, Prabowo menggaungkan program ini sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas gizi siswa di Indonesia, memperbaiki konsentrasi belajar, serta mengurangi angka stunting pada anak usia sekolah. Program ini kemudian resmi dijalankan secara bertahap di berbagai sekolah negeri di Indonesia, termasuk di SMAN 1 Tanjung Selor.

Di sekolah ini, pelaksanaan MBG dimulai pada 1 September 2025. Setiap hari, makanan gratis disediakan di kantin khusus atau pos distribusi yang dikelola oleh pihak sekolah bersama dinas terkait. Para siswa dapat mengambil makanan tersebut saat jam istirahat tanpa dikenakan biaya. Menu makanan disiapkan oleh pihak ketiga yang telah bekerja sama dengan pemerintah dan harus memenuhi standar gizi yang telah ditentukan, mulai dari karbohidrat, protein, sayuran, hingga buah-buahan.

Kondisi Kantin Sebelum Program MBG

Sebelum program MBG berjalan, pihak kantin di SMAN 1 Tanjung Selor mengaku pendapatan harian mereka relatif stabil. Sebagian besar siswa membeli makanan dan minuman di kantin sekolah pada jam istirahat. Menu yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari makanan berat seperti nasi beserta lauk-pauk, mi, bakso, hingga makanan ringan dan berbagai jenis minuman.

Salah seorang pedagang kantin yang enggan disebutkan namanya menuturkan bahwa pendapatan kantin sebelum program ini berkisar antara Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per hari tergantung situasi. "Kalau hari Senin biasanya ramai, karena siswa banyak yang belum sempat sarapan. Kalau hari Jumat agak sepi, tapi rata-rata stabil," ujarnya.

Pendapatan ini tentu tidak hanya menjadi penghasilan bagi pemilik usaha, tetapi juga sumber rezeki bagi para pekerja kantin yang membantu memasak, melayani pembeli, dan menjaga kebersihan.

Dampak Setelah Program MBG Diberlakukan

Namun sejak MBG diberlakukan, terjadi penurunan omzet yang cukup signifikan. "Pendapatan kami turun sekitar 40 sampai 50 persen. Menu makanan berat seperti nasi dan lauk yang biasanya paling laku, sekarang sepi pembeli," ujar salah satu pedagang kantin kepada wartawan.

Menu utama yang disediakan MBG umumnya mencakup makanan pokok seperti nasi dan lauk-pauk, sehingga langsung bersaing dengan produk utama kantin. Meski demikian, menu camilan dan minuman ringan masih memiliki peminat, meskipun penjualannya juga ikut menurun. "Yang masih laku itu paling minuman dingin, gorengan, sama jajanan ringan. Tapi tetap saja jumlahnya jauh turun dibandingkan sebelum ada MBG," tambahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline