Barong Bali adalah sosok topeng mitologis yang dianggap roh pelindung masyarakat Bali. Menurut kajian, tradisi Barong Bali telah ada sejak abad ke-16, ketika kesenian topeng Jawa (barong Ponorogo) mulai berasimilasi dengan budaya Bali dan mendapat inspirasi dari barongsai. Hal ini sesuai dengan bukti arkeologis (mis. ukiran Kala di candi Bali) dan catatan sejarah yang menunjukkan perpaduan unsur Jawa, Bali, dan Cina dalam wujud Barong.
Sebelum Hindu masuk ke Bali, diperkirakan masyarakat setempat sudah mengenal kepercayaan animisme di mana binatang keramat dijadikan roh pelindung. Konsep inilah yang kemudian berkembang menjadi Barong sebagai wujud roh pelindung desa. Dalam mitologi Bali, Barong kerap dipadankan dengan Banas Pati Raja, sosok pelindung yang diwujudkan sebagai singa. Kepercayaan lama ini berlanjut hingga zaman Hindu, sehingga cerita epik seperti Calonarang (pertarungan Barong-Rangda) juga diwariskan secara lisan. Pada masa kolonial, Barong dikenal oleh antropolog Barat (misalnya Margaret Mead) yang menuliskan tentang tarian dan suasana mistis Barong, sehingga memperkenalkan kesenian ini ke dunia internasional.
Transformasi Budaya dan Konteks Ritual
Dalam perkembangannya, Barong Bali bertransformasi dari pertunjukan sakral murni menjadi bagian dari pertunjukan seni yang juga bersifat edukatif dan hiburan. Di samping dilestarikan dalam upacara keagamaan (tari wali), pertunjukan Barong kini sering disajikan dalam konteks bebali (pendukung upacara) dan balih-balihan (hiburan masyarakat umum). UNESCO mencatat bahwa tarian Bali terbagi menjadi tiga genre --- suci (wali), penunjang upacara (bebali), dan hiburan (balih-balihan). Barong Ket dan Rangda, misalnya, tampil dalam semua kategori tersebut: sebagai bagian inti upacara piodalan di pura (wali), sebagai pengiring ritual penolak bala dengan diarak keliling desa (bebali), dan sebagai atraksi seni di jaba pura atau panggung terbuka (balih-balihan).
Sebagai contoh praktik ritual, setiap Hari Raya Galungan Barong dibawa keliling desa (kegiatan ngelawang). Di setiap rumah yang dikunjungi, penduduk mempersembahkan sesajen demi memohon keselamatan. Tradisi ini menunjukkan fungsi Barong sebagai pelindung komunitas dari bencana dan roh jahat. Di samping itu, adegan tari Barong kerap melibatkan elemen trance magis. Pada klimaks cerita, para penari yang memerankan rakyat atau kalika sering mengalami kesurupan, melukiskan prosesi religius untuk menyembuhkan atau menolak wabah penyakit. Dalam konteks modern, ada pergeseran ke musik kontemporer dan pertunjukan pentas terbuka; namun dengan tetap mempertahankan aspek spiritualnya.
Fungsi Ritual dan Seni Pertunjukan
Barong Bali memiliki fungsi ganda dalam kehidupan masyarakat. Sebagai upacara wali, Barong ditampilkan di area suci pura untuk menghormati leluhur dan menjaga kesucian mandala. Sebagai upacara bebali, Barong melengkapi ritual penolak bala: ketika terjadi wabah atau malapetaka, topeng Barong dan Rangda diarak keliling desa demi membersihkan energi negatif dan memohon berkah. Dalam peran balih-balihan, Barong ditampilkan untuk menghibur masyarakat pendukung setelah prosesi ritual, misalnya dengan lakon Calonarang yang menggambarkan konflik abadi antara Barong (kebaikan) dan Rangda (kejahatan). Musik pengiringnya (gamelan Batel atau Gamelan Gambuh) dan gerak tari yang enerjik menjadikan penonton terhipnotis hingga sebagian orang ada yang kesurupan. Dengan demikian, tarian Barong tidak hanya karya seni semata, melainkan juga sarana transmisi keagamaan dan warisan budaya yang melambangkan harmoni kosmic.
Pementasan Tari Barong
Karakteristik pementasan tari barong adalah penggunaan topeng serta kostum yag menggambarkan wujud hewan atau raksasa sebagai pelindung. Masing-masing jenis tari barong mengangkat cerita dan cara menari yang berbeda beda.
a) Kostum Tari Barong Kostum yang digunakan pada setiap macam tari barong berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan setiap barong memiliki wujud dan makna yang berbeda. Contohnya adalah pada barong ket yang merupakan gabungan singa, harimau dan lembu. Kostumnya dikenakan oleh dua orang penari seperti barongsai namun dengan pakaian berbeda.Bagian badan atas dihiasi oleh ornamen kulit berupa potongan kaca atau cermin, serta bulu yang terbuat dari serat tanaman pandan atau bulu gagak. Sedangkan bagian kepala menggunakan topeng yang terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu khusus yang diambil dari pohon angker dan sakral.