Lihat ke Halaman Asli

Esa Zigotanelda Aulia

Saya seorang mahasiswa yang menjalani studi di Institut Seni Indonesia dengan program Sstudi Film dan Televisi

Candi Jabung, Candi Kuno Zaman Majapahit yang Unik

Diperbarui: 19 Januari 2023   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Jabung, Probolinggo Jawa Timur

Candi Jabung adalah sebuah candi pada zaman Kerajaan Majapahit yang berlokasi di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Candi ini berada di tengah pemukiman warga. Candi Jabung berada di lahan seluas 20.042 m2. Lahan tersebut terdiri dari Candi Jabung dan taman yang disertai beberapa fasilitas untuk pengunjung. 

Di seberang Candi jabung terdapat tempat administrasi pengunjung dan di arah barat daya Candi Jabung terdapat Candi Menara Sudut. Candi Menara Sudut diperkirakan sebagai pelengkap bangunan induk Candi Jabung.

Candi Jabung memiliki tinggi sekitar 16,20 meter, lebar 9,60 meter, Panjang 13,13 meter dan berdiri di sebidang tanah seluas 35x40 meter. Memang terbilang bukan candi yang megah tetapi memiliki struktur yang menarik. Candi ini terdiri dari empat bagian yaitu batur, kaki, tubuh, dan atap. Pada bagian tubuh berbentuk silinder segi delapan. 

Bagian Atas Candi Jabung

Sedangkan bagian atapnya dagoda (Stupa) sudah runtuh dan diperkirakan terdapat motif relief sulur-suluran. Di bilik candi terdapat arca beserta ukiran tahun candi ini dibuat yaitu pada 1267 C (Saka) atau 1359 Masehi. Candi Jabung juda memilik motif relief yang unik. 

Relief pada candi ini melambangkan kisah sehari-hari seperti bentuk orang dan singa. Pada bagian tubuh candi juga terdapat relief wanita menaiki ikan. Menurut kepercayaan Hindu, relief tersebut merupakan penggambaran dari Sri Tanjung. 

Relief tersebut juga ditemukan di beberapa candi yaitu Candi Penataran di Blitar, Candi Surowono di Kediri, dan Candi Bajang Ratu di Mojokerto. Selain relief, kesamaan yang lain ditemukan pada batu bata yang digunakan yaitu batu bata merah.

Relief Manusia

Relief Singa

Dalam sejarahnya, Raja Hayam Wuruk berkelana menuju daerah timur. Ia berjeda di sebuah desa yang bernama Kelayu untuk mengadakan upacara persembahan atau biasa disebut nyekar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline