Tulisan ini agak late post, karena bubur asyura-nya sudah hadir dua hari yang lalu atau bertepatan dengan 10 Muharram.
Momen 10 Muharram, di wilayah kami, Kalimantan Selatan bisa jadi salah satu momen yang ditunggu warga. Pada tanggal ini, ada satu tradisi yang sudah dilaksanakan bertahun-tahun , dari generasi ke generasi. Tradisi itu adalah pembuatan dan pembagian bubur asyura.
Iya bubur asyura memang bukan bubur biasa. Bukan pula jenis bubur yang bisa ditemui di kala pagi untuk sarapan, atau di sore hari buat sekedar makanan selingan.Tapi memang bubur yang khusus hadir di 10 Muharram.
Konon katanya tradisi Bubur Asyura juga berkaitan dengan kisah ketika Nabi Muhammad masih hidup. Saat itu Perang Badar sedang berlangsung. Usai perang, jumlah prajurit Islam menjadi lebih banyak. Saat itu seorang sahabat Nabi Muhammad memasak bubur. Namun jumlah makanan yang ia buat tak mencukupi karena jumlah prajurit yang begitu banyak. Akhirnya Nabi Muhammad memerintahkan para sahabatnya untuk mengumpulkan bahan apa saja yang tersedia untuk kemudian dicampurkan ke bubur tersebut agar jumlahnya cukup dan bisa didistribusikan pada semua prajurit. (kompas.com, 29/06/2020)
Di Kalsel sendiri, bubur asyura memang rutinitas atau tradisi tahunan. Biasanya isian bubur terdiri atas 40 atau 41 macam bahan makanan. terdiri atas berbagai sayur-sayuran, jagung, kacang-kacangan ditambah daging, ayam hingga telur. Kalau ditotal jumlahnya 41 macam tadi.
41 jenis bahan makanan ini, kini memang bukan lagi harga mati sih. Di berbagai wilayah kadang-kadang jumlah bahan makanannya tak sampai 40-41 jenis lagi . Menyesuaikan dengan warga yang membuatnya juga. Apalagi sebagian bahan pembuatannya memang disumbang oleh warga masyarakat tempat dimana pembuatan bubur asyura dilakukan. Yang penting ada makna-makna yang tidak boleh ditinggalkan. Misalnya didoakan oleh kiai di kampung sebelum bubur dibagikan ke warga.
**
Di kampung tempat saya tinggal tentu saja masih dilakukan juga tradisi membubur asyura. Tahun ini ada 8 liter beras yang diolah jadi bubur ditambah beberapa ekor ayam dan beberapa rak telur yang kemudian diolah jadi telur rebus untuk topping bubur. tentu ditambah sayur-sayuran seperti wortel, kentang, jagung, kacang-kacangan. Namun saya perhatikan tak sampai 40 atau 41 macam bahan. Penampakannya sekilas mirip bubur ayam namun lebih komplit bahannya.
Sehari sebelumnya per bumbuan sudah dibuat. dan pada hari H tinggal memasukkan semua bahan sehingga sebelum zuhur aja bubur sudah matang. Walaupun karena hari itu banyak yang berpuasa sunnah, konsumsi biasanya ketika buka puasa. Pengerjaannya dilakukan oleh warga secara bersama-sama walau rata-rata tetap ibu-ibu. Namun karena proses pengadukan di wajan cukup menguras energi, ada juga kaum lelaki yang membantu. Pengerjaan dilakukan di masjid.
Setelah matang, dimasukkan ke dalam wadah-wadah plastik. Ada sekita 200 wadah plastik yang terisi bubur asyura hari itu. Tanpa diumumkan warga secara resmi, warga sudah datang ke mesjid buat mengambil bubur asyura. Sebagian mendapatkan bubur-bubur yang telah dimasukkan dalam wadah plastik. Namun banyak juga yang membawa tempat bubur sendiri. Mulai mangkok hingga panci sendiri.