Persoalan penindasan dan pembantaian penduduk di Goutha Timur akan semakin pelik. Setelah gagalnya gencatan senjata dan Rusia yang mengeluarkan hak veto untuk mendukung Suriah, kubu Amerika Serikat memberikan reaksi. Hari Minggu yang lalu, Amerika Serikat dan sekutunya ramai-ramai berbicara di depan pers.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Theresa May, melakukan pembicaraan melalui telepon pada hari Minggu. Mereka membahas krisis yang sedang terjadi di Goutha Timur. Kedua pemimpin sepakat untuk mengecam Rusia.
Gedung Putih kemudian memberikan pernyataan resmi mengenai hal tersebut. Dalam pernyataan disebutkan bahwa Amerika Serikat menganggap krisis di Goutha Timur adalah bencana kemanusiaan yang harus segera dihentikan. Gedung Putih mendesak agar pihak-pihak terkait melakukan perundingan.
Di sisi lain, Presiden Perancis, Emmanuel Macron menghubungi Presiden Iran, Hassan Rouhani. Sebagaimana diketahui, Iran juga menjadi salah satu pendukung rezim Assad. Macron menghimbau Iran untuk menekan pemerintah Suriah agar tidak meneruskan kekejaman di Goutha Timur dan menyetujui gencatan senjata.
Hanya Psy War?
Apakah tindakan Amerika Serikat dan sekutunya akan membawa perubahan bagi penduduk Goutha Timur ke arah yang lebih baik? Belum tentu. Permasalahan seperti ini adalah makanan sehari-hari negara-negara adidaya. Mereka biasa memainkan konflik-konflik yang mereka ciptakan sendiri atau memiliki andil dalam mengeruhkan situasi.
Jika memang Amerika Serikat dan sekutunya peduli dengan hak asasi manusia tanpa pandang bulu, maka seharusnya begitu pula yang dilakukan terhadap rakyat Palestina dan negara konflik lainnya. Selama ini justru Amerika Serikat menjadi pelindung utama Israel dan membiarkan tentara Israel membantai penduduk Gaza.
Belum lagi dengan penindasan tentara Arab Saudi kepada rakyat Yaman yang sampai sekarang masih berlangsung. Perang Yaman juga nyaris menjadi genosida dengan banyaknya korban wanita dan anak=anak. Amerika Serikat berada di belakang Arab Saudi. Amerika Serikat menyuplai senjata-senjata yang dibutuhkan untuk perang Yaman.
Jadi tingkah Amerika Serikat dan sekutunya yang mengecam kubu Rusia hanyalah bagian dari psy war mereka. Negara-negara zionis ini mengenakan topeng tak bersalah kepada masyarakat internasional, seakan-akan mereka tidak pernah membantai penduduk di suatu negara.
Masing-masing kubu menggunakan media-media yang sudah dikuasai untuk menyebarkan kebijakan palsu mereka. Media terbesar dikuasai oleh yahudi Amerika. Namun Rusia juga menggunakan jaringan media tertentu secara diam-diam. Dengan begitu mereka berharap masyarakat internasional dapat dipengaruhi untuk mendukung mereka.
Namun sebenarnya baik kubu Amerika Serikat dan kubu Rusia telah mempunyai pendukung sendiri-sendiri. Negara-negara Eropa Barat dan yang bergantung secara ekonomi dan senjata kepada Amerika Serikat dan sekutunya, sudah pasti menjadi pengikut mereka. Setiap kebijakan kubu Amerika Serikat akan dibiarkan saja.