Tidak semua siswa Sekolah Dasar mampu duduk tenang dan memperhatikan pelajaran dengan penuh konsentrasi. Ada sebagian anak yang tampak gelisah, bahkan tampak tidak peduli saat pembelajaran berlangsung. Sayangnya, anak-anak seperti ini kerap dianggap "nakal", "tidak disiplin", Padahal, di balik perilaku tersebut, bisa jadi mereka sedang mengalami kesulitan fokus yang dipengaruhi oleh faktor internal seperti kurangnya kemampuan mengatur perhatian, kelelahan, tekanan emosional, atau stimulasi berlebihan dari lingkungan, termasuk penggunaan gawai.
Kesulitan fokus pada anak SD bukanlah hal remeh. Jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa mempengaruhi prestasi belajar, kepercayaan diri, hingga perilaku sosial anak di sekolah. Di sini peran Bimbingan dan Konseling (BK) menjadi penting. Guru BK tidak hanya menangani siswa yang dianggap bermasalah, namun juga berperan dalam mendampingi anak yang menunjukkan gejala gangguan konsentrasi. Melalui konseling individual, observasi, dan komunikasi dengan guru serta orang tua, guru BK membantu mencari akar permasalahan dan strategi pembelajaran yang sesuai untuk siswa.
Namun, kenyataannya tidak semua sekolah dasar memiliki guru Bimbingan dan Konseling. Banyak sekolah, khususnya di daerah terpencil, tugas pembimbingan seringkali sepenuhnya berada di tangan guru kelas. Dalam kondisi tersebut, guru dituntut mempunyai kepekaan untuk memahami perilaku siswa. Ketika seorang murid menunjukkan tanda-tanda sulit fokus, guru bisa memulai dengan pendekatan personal, menciptakan pembelajaran yang bervariasi, serta memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar yang sesuai dengan kemampuannya.
Selain itu, guru juga bisa melibatkan orang tua dalam menangani siswa yang mengalami gangguan fokus. Komunikasi yang terbuka antara guru dan orang tua sangat penting untuk menyeimbangkan dukungan di sekolah dan di rumah. Anak-anak yang sulit fokus bukan berarti tidak mampu. Mereka hanya membutuhkan pendekatan yang berbeda dan lebih sabar. Oleh karena itu, meskipun belum ada guru BK di sekolah dasar, guru dan orang tua tetap bisa menjadi pembimbing awal yang membantu anak mengenali dirinya, membangun kepercayaan diri, dan kembali fokus dalam belajar. Karena setiap anak berhak tumbuh dalam lingkungan belajar yang memahami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI