Lihat ke Halaman Asli

Elias Sumardi Dabur

Profile Singkat

Misteri Bintang Betlehem

Diperbarui: 25 Desember 2019   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

european-traveler.com

(Detail bagian tengah mosaik sebuah Gereja dari abad ke-6 yang melukiskan tiga Majus dari Timur mengenakan pantalon di Basilika Santo Apollonaris, Rovenna, Italia).

Lebih dari dua millennium, Bintang Betlehem, yang menuntun Tiga Orang Bijak (majus) dari Timur yang datang ke tempat di mana Yesus dilahirkan telah menimbulkan keingintahuan para peneliti di seluruh dunia.

"Dan, lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada." (Matheus, 2:9)

Bintang Betlehem yang disebutkan di dalam Injil Matius merupakan salah satu symbol yang dihubungkan dengan kelahiran Yesus, meletakkan cahaya harapan keselamatan di tengah kegelapan. Tapi, melampaui simbolnya, bintang ini juga menjadi subjek perdebatan yang tiada habisnya sebagai fenomena ilmu pengetahuan.

Apakah Bintang Betlehem sebagai peristiwa historis atau fiksi suci yang dikarang pengarang Injil Santo Mateus? Seandainya itu peristiwa sejarah, bagaimana kita bisa menjelaskannya secara saintifik kejadian astronomik yang luar biasa itu? Pertanyaan serupa telah melahirkan berbagai interpretasi selama berabad-abad.

Lagi pula, sebagaimana sulit untuk menentukan tahun yang pasti sekitar kelahiran Yesus, penjelasan ilmu pengetahuan atas fenomena ini akan menjadi penanda waktu untuk menunjukan secara tepat tanggal kelahiran Yesus.

Dalam perhitungan Astronom Jerman, Johannes Keppler pada abad ke-16, sebuah pertemuan yang sangat jarang terjadi antara Jupiter dan saturnus terjadi tiga kali dalam konstelasi bintang (pisces) pada abad ke-7 sebelum Masehi tampak bagi pengamat sebagai bintang yang bercahaya tunggal. Ini barangkali kebetulan dengan deskripsi Matius, munculnya benda langit, hilang dan muncul lagi kepada para Majus. 

Pada awal abad, seorang Rabbi Portugis, Isaac Abranavel telah mengkalim bahwa  peristiwa saat matahari dan bulan berada segaris di bidang ekliptika yang sama (konjungsi) spesial jenis ini memicu lahirnya Sang Mesias.

Teori ini memperoleh pengakuan yang lebih luas di tahun 1925, ketika Orientalist Jerman, Paul Schanabel menguraikan tulisan kuno dari sekolah astronomi Sippar, Babilonia yang medeskripsikan peristiwa saat matahari dan bulan berada segaris di bidang ekliptika yang sama (konjungsi) di abad ke-7.

"Ini teori yang baik," kata Pastor Giulio Maspero, fisikawan dan teolog dari Universitas Kepausan dari salib Suci kepada EWTN, menyebut penjelasan ilmu pengetahuan lainnya, termasuk kemungkinan komet.

Teori lain, yang barangkali mengejutkan kita, yakni bintang itu mungkin Malaikat. Memang, ini bukan soal astronomi, tapi semacam cahaya suci yang menemani Tiga Orang Bijak sepanjang perjalanan, katanya. Pater Maspero menyatakan, penjelasan ini "berhubungan dengan keseluruhan narasi",  karena Betlehem dipenuhi dengan para Malaikat yang "mewartakan kemuliaan Yesus dan menyampaikan kepada para gembala apa yang tengah terjadi di sana."

Ada juga kemungkinan tampaknya sebuah bintang yang menyala terang kembali setelah mati bertahun-tahun( Nova) atau ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi lebih banyak daripada nova ( supernova) pada abad ke-5, sebagaimana saran dalam beberapa catatan kronikal astronomi China dan Korea, tapi ini tidak pernah ditentukan secara pasti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline