Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Tumbal Pesugihan

Diperbarui: 5 Oktober 2020   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pinterest.com/megisaweirdo

Malam itu Ratmo terlihat sangat bergairah. Ia menarik lengan Sumi---istrinya, mengajak tidur lebih awal dari biasanya.

Dengan napas terengah ia membisiki sesuatu di telinga perempuan itu. Sesuatu yang sungguh terdengar amat muskil.

"Dalam waktu dekat kita bisa kaya raya, Sum. Tanpa bekerja."

"Omong kosong, Kang! Di mana-mana orang kalau mau kaya, ya harus bekerja. Kecuali..." Sumi menghentikan kalimatnya.

"Kecuali apa? Punya warisan?"

Pembicaraan terhenti sejenak. Ratmo mulai melepaskan kain sarungnya. Sumi mundur beberapa langkah.

"Tunggu dulu Kang! Stok pengamanmu sudah habis. Aku tidak mau hamil lagi!" Suara Sumi pecah, sedikit gusar. Membuat Ratmo menaikkan kembali kain sarungnya dan menatap istrinya dengan wajah geram.

"Begitu seringnya kau menolakku, Sum. Ingat! Kalau nanti aku sudah punya banyak uang, jangan protes jika aku cari perempuan lain!"

***
Malam Jumat Kliwon. Suasana hening di area pemakaman Gunung Kawi seperti sengaja diciptakan. Beberapa orang duduk terpekur mengelilingi cungkup yang halamannya ditumbuhi pohon dewandaru, berharap kejatuhan daunnya tepat di atas ubun-ubun kepala mereka.

Tak terkecuali Ratmo. Laki-laki usia empat puluhan itu sejak petang tadi sudah menggelar kertas koran, duduk berbaur bersama orang-orang yang berkepentingan seperti dirinya. Mencari pesugihan.

Ya. Sejak berabad silam Gunung Kawi memang identik sebagai tempat jujugan para pemburu pesugihan. Menurut kabar yang beredar, bahkan tak jarang pejabat dan bos-bos pemilik perusahaan besar pernah mengadu peruntungan di sini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline