Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Konspirasi Tetangga

Diperbarui: 1 Mei 2021   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetangga itu dilema. Hanya orang sombong yang tak butuh tetangga. Tapi... Siapa kuat dibully omongan tetangga. Nuruti rasan rasan, bisa jadi gila.

Jadilah tetangga yang baik. Seimbang menilai. Jangan memperbesar dengki. Main tuduh dan prasangka. Apakah dirimu lebih mulia? Yang wajib menghakimi orang lain. Sang jaksa yang menentukan nasib. Menuding. Padahal ghibah. Astagfirullah....

Maunya bikin rame. Biar viral sekampung. Jika itu dilawan. Tapi diam, semakin diremehkan. Menginjak injak harkat dan martabat. Maha benar tetangga, atas segala rasan rasan ghibahnya.

Cari hidup itu sendiri. Tak pernah ngrepoti tetangga. Ditanggung sendiri. Tapi kenapa tetangga kepo? Apakah itu berpahala, mengantarmu dapat pahala. 

Dasar omongan tetangga. Tambah sinting, tanggapi omongannya. Maunya apa. Kok ngurusi dapur lainnya.

 Apa kurang kerjaan. Apa itu kebiasaan. Tak asyik tak ghibah. Tak asyik tanpa rasan rasan. Konspirasi tetangga, puas bahagia menelanjangi aib. Seolah dirinya malaikat suci. Yang bersih dari segala dosa. Waraskah? 

Malang, 1 Mei 2021

Oleh Eko Irawan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline