Lihat ke Halaman Asli

Rindu yang Tak Pantas untuk Dirindu

Diperbarui: 19 November 2018   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katakan pada Angin, aku yang akan membawa aroma rindu yang membumbung tinggi di hati.

Katakan pada Hujan, untuk tidak menghapus jejaknya yang mengisi kehidupanku.

Akhir-akhir ini kuperhatikan dirimu selalu membuat status bahwa dirimu mencintai istrimu. Tentu saja aku sangat senang. Ini berarti tidak ada lagi yang menggoyahkan hatimu untuk mencintai wanita lain. Namun setiap kali kau tuliskan kata-kata romantis itu rupanya dirimu tidak pernah memperhatikanku, ya akulah wanita selingkuhanmu itu.

Tak pernah terbesit sekalipun aku bisa menjadi orang ketiga dalam kehidupan cinta kalian. Aku yang datang terburu-buru lalu pergi meninggalkan sejuta rindu di hatimu. Berulang kali kau menyatakan ingin menyandingku. Kau juga menginginkan cinta kita suatu hari nanti akan bersatu. Meski kenyataannya dirimu telah memiliki istri dan tiga anak.

"Ranti..." telponmu kala itu, "Aku rindu"

"Ya..." aku menggigit sedikit bibirku agar tangisku tidak pecah.

"Kau sudah melupakan semuanya ya?"

Aku terdiam. Bagaimana mungkin melupakan sosok yang begitu romantis seperti Wawan. Aku sangat mengingingkannya hadir selalu dalam kehidupanku.

"Aku tahu kita salah, maksudku aku yang salah. Aku tidak sepantasnya merinduimu, memimpikanmu, merasaimu" keluhnya.

"Wan,....aku juga rindu" suaraku terisak.

"Apakah kau menangis? Apakah lelaki itu menyakitimu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline