Lihat ke Halaman Asli

Efrem Siregar

TERVERIFIKASI

Tu es magique

Penjaga Makam

Diperbarui: 24 Desember 2018   06:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Arsamarya, ia adalah ibuku. Rerumputan menyamarkan guratan nama di batu nisan ketika aku berhenti beberapa langkah dari makam. Sepetak tanah menjadi rumah terakhir untuknya. Aku berjalan dengan langkah pelan
mendekat sampai  rumput setinggi hingga mencapai lutut.

Di sampingku, Derman yang telah berjalan menemani aku sejak dari gerbang masuk. Dia seperti lelaki tua pada umumnya, keriput melekat pada wajah hitamnya. Dia penggali kubur dan penjaga makam, namun dia tidak menyukai berbicara banyak mengenai pekerjaannya. Derman dengan cekatan mencekram ilalang-ilalang di makam ibu.

"Tidak," ucapku sambil menepis tangannya.

Derman membalas ucapanku dengan tatapan tajam. Dia memilih mundur, namun amarah mendorong lengan tangannya untuk menarik kencang sejumput rumput tadi hingga tak bersisa dari tanah makam.

Aku tidak menghiraukan dia dan pandanganku tidak berubah arah dari nisan Ibu.

"Sudah dua tahun," Derman memulai pembicaraan.

"Aku butuh alasan kuat untuk datang kemari," balasku.

"Dia Ibumu."

"Terdengar masuk akal bagimu, kau mengira kehidupan normal terlihat ketika seorang anak menghormati Ibunya sambil menangis di atas makamnya. Aku datang kemari untuk menghormati kehidupannya," ucapku.

Derman menarik napas agak dalam. Dia tidak lagi membalas ucapanku.

"Hanya aku yang dimilikinya saat hidup dan saat kematiannya. Aku akan membayar lunas pekerjaanmu setelah ini," ucapku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline