Di tengah rimbunnya perbukitan Tapanuli Selatan, tumbuh sebuah buah khas yang telah lama menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Utara: salak Padangsidimpuan. Lebih dari sekadar hasil pertanian, salak ini menyimpan nilai historis, budaya, dan ekonomi yang menjadikannya sebagai salah satu ikon identitas daerah.
Ciri Khas Salak Padangsidimpuan
Salak Padangsidimpuan dikenal karena bentuknya yang agak lonjong, kulitnya berwarna cokelat kemerahan, dan sisik yang lebih halus dibanding salak dari daerah lain. Yang paling membedakannya adalah rasanya: manis legit, sedikit sepat, dan sangat segar saat dimakan langsung. Daging buahnya padat, berwarna putih kekuningan, dan bijinya kecil, menjadikannya digemari banyak orang.
Salak ini tumbuh subur di daerah berhawa sejuk dengan tanah yang kaya mineral vulkanik. Kondisi geografis Padangsidimpuan yang dikelilingi bukit dan hutan menjadi habitat ideal bagi tanaman salak untuk berkembang secara alami.
Nilai Budaya dan Tradisi
Salak Padangsidimpuan tak hanya dikenal sebagai buah konsumsi, tapi juga memiliki nilai simbolis dalam adat dan budaya masyarakat Mandailing dan Angkola. Buah ini sering dihidangkan dalam upacara adat, pesta pernikahan, maupun acara penyambutan tamu kehormatan. Dalam masyarakat lokal, menyuguhkan salak adalah bentuk penghormatan dan ungkapan keramahan.
Selain itu, kebun salak biasanya dikelola oleh keluarga secara turun-temurun. Ini menjadikan salak sebagai bagian dari identitas dan keberlanjutan ekonomi keluarga di Tapanuli. Tidak sedikit pula masyarakat yang menjadikan buah ini sebagai sumber penghasilan utama, baik melalui penjualan langsung maupun pengolahan menjadi produk olahan seperti dodol salak, keripik, dan manisan.
Potensi Ekonomi Lokal
Produksi salak Padangsidimpuan telah mendukung ekonomi lokal selama bertahun-tahun. Setiap tahunnya, ribuan ton salak dipanen dan didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan mulai dilirik pasar internasional.
Namun, tantangan seperti keterbatasan akses pasar, kurangnya inovasi pengemasan, serta fluktuasi harga menjadi persoalan yang terus diperjuangkan oleh petani dan pelaku usaha lokal. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah daerah, lembaga riset, dan sektor swasta untuk mengembangkan potensi ini lebih maksimal, termasuk dengan strategi agrowisata dan sertifikasi produk.
Dikutip dari etd.uinsyahada.ac.id -Adapun salah satu contoh yang menarik adalah olahan industri salak yang ada di Tapanuli Bagian Selatan lebih tepatnya di jl.sibolga km11, Parsalakan, Tobotan yaitu UMKM salacca yang merupakan salah satu unit usaha yang bergerak dalam pengolahan makanan dan minuman seperti dodol salak, keripik salak, kurma salak dan lainya.