Lihat ke Halaman Asli

Dristy Aulia

Jurnalis dan penulis

Usai

Diperbarui: 27 Oktober 2021   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Deru nafasku selalu kacau, pada setiap perjumpaan yang menyatukan dua pandangan tanpa sapa dan salam. Kemudian di relung hati serasa sesuatu berdesir hebat, meremukan rasa paling dasar yang naik pada penghujung mata hingga jatuhlah butiran bening tanpa mampu bertahan walau sebentar.

Tuhan maha baik, namun kita salah dalam mengambil peran sebagai sepasang yang saling menggenggam. Jelas saja munajatku selalu tertolak langit, sebab semesta telah mengutuk seribu tahun sebelum kelahiran, tentang siapa yang akan menjadi sepasang.

Kala itu aku sengaja mengajakmu berdansa. Merangkulmu dengan kasih, bercanda riang seperti kekanak-kanakan. Menikamati jeda dalam ruang tunggu yang mengulur perpisahan, untuk saling mendewasakan.

                        




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline