Sebagai pekerja kontraktor, pekerjaan cut n fill seperti urugan, galian, atau pemadatan tanah adalah pekerjaan sehari-hari yang biasa dilakukan.
Sepengamatan saya secara umum ada dua jenis tanah yang ada di lapangan. Pertama jenis tanah lempung. Partikel tanah lempung sangat kecil (kurang dari 0,002 mm). Sehingga teksturnya sangat halus, plastik, kohesivitas tinggi dan solid. Karakteristik itu sangat menyulitkan saat dilakukan pemadatan. Sesering apapun digilas dan ditekan tidak membuatnya tercerai putus atau terbenam. Tapi ia akan menyembul keluar seakan "melawan" dan memberikan reaksi sepadan dengan mencari jalan keluar lain yang tak terduga. Ditekan di satu tempat maka ia akan menyembul keluar di tempat yang lain. Benar-benar ngeyel.
Tanah lempung tidak bisa ditekan oleh karenanya tidak bisa dijadikan material urugan. Karakteristiknya lebih cocok untuk dijadikan barang mewah timbang jadi material urugan. Di tangan ahlinya tanah lempung bisa menjadi berbagai macam keramik mewah.
Jenis tanah kedua adalah tanah merah. Berbeda dengan lempung yang sulit dipadatkan, tanah merah justru memiliki daya dukung yang tinggi karena karakteristiknya yang cenderung remah.
Remah artinya tanahnya tidak keras dan tidak menggumpal kuat, melainkan mudah hancur menjadi butir-butir kecil seperti remah roti. Hal tersebut dikarenakan karakter fisik partikelnya yang berpori tinggi , cenderung gembur, tidak padat, dan mudah hancur menjadi butiran kecil saat diremas atau dipegang.
Sifat tersebut menyebabkan tanah merah mudah untuk ditekan dan dipadatkan, jangankan di lindas dengan alat berat sekedar di remas aja sudah menyebabkan tanah merah luluh berserakan. Tak heran bila tanah merah cocok untuk dijadikan material urugan.
Dari pekerjaan cut n fill ini saya melihat sifat tanah lempung dan tanah merah mirip dengan karakter kita sebagai manusia.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Namun pada saat mengalami intimidasi, ancaman, digilas dan ditekan oleh kekuatan besar maka kecenderungan yang terjadi muncul karakteristik tanah merah, yaitu partikelnya mudah tercerai, luluh, terpisah-pisah berantakan bagaikan remah.
Perhatikan saja di dunia kerja, saat muncul peraturan baru yang merugikan karyawan. Maka lebih banyak yang mencari aman, mengamankan posisinya sendiri daripada kompak bersatu padu melawan ketidakadilan.
Di lingkup yang lebih besar seperti negara pun demikian. Kebijakan ugal-ugalan yang dilakukan oleh penguasa walaupun merugikan rakyat banyak, namun tetap dijalankan dengan sukacita oleh para punggawa. Itulah manusia tanah merah.
Hanya sedikit manusia berkarakter tanah lempung. Mampu terus melawan walau ditekan, tetap solid tidak berantakan. Di gilas sebagian menyembul ke atas di bagian yang lain. Sangat liat dan ngeyel.