Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pelestarian Cagar Budaya

Diperbarui: 13 Februari 2025   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membersihkan koin, termasuk salah satu upaya pelestarian benda masa lampau (Dokpri)

Di Jakarta terdapat beberapa patung dan monumen yang cukup dikenal masyarakat, misalnya Patung Dirgantara, Patung Pembebasan Irian Barat, dan Patung Selamat Datang. 

Jadi, untuk mempertahankan kelestarian patung atau monumen itu perlu upaya pelestarian. Salah satunya dengan cara konservasi. Beberapa patung telah dikonservasi oleh Dinas Kebudayaan Daerah Khusus Jakarta melalui Pusat Konservasi Cagar Budaya.

Jika diukur dari tanah, keletakan patung cukup tinggi. Tentu hanya tenaga terampil yang mampu mengerjakan tugas ini. Sekadar gambaran, Patung Dirgantara di bilangan Pancoran, letaknya cukup tinggi.  

Tiang penyangga yang melengkung mempersulit upaya pendakian. Patung Dirgantara selesai dikonservasi beberapa tahun lalu.

Karena biayanya mahal, Pusat Konservasi Cagar Budaya hanya mampu mengonservasi satu patung setiap tahun. Rencananya tahun ini giliran Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia.

Sesi pertama seminar menampilkan empat narasumber (Dokpri)

Dalam beberapa kali kegiatan konservasi, ternyata tidak pernah didampingi tim dari K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja. "Tahun ini kami akan meminta pendampingan dari tim K3," kata Kepala Pusat Konservasi Cagar Budaya Norviadi S. Husodo. 

Masalah K3 disampaikan oleh Gurubesar K3 FKM UI Prof. Dr. Indri Hapsari Susilowati. Norviadi dan Indri menjadi pembicara dalam Seminar Nasional & Pameran "Pelestarian Cagar Budaya yang Berkelanjutan" yang diselenggarakan pada 11 Februari 2025 di Museum dan Galeri Toeti Heraty, yang sebelumnya dikenal sebagai Galeri Cemara 6.

Dalam seminar berbicara delapan orang. Keenam lainnya adalah Judi Wahjudin (Kementerian Kebudayaan), Sugiarto Goenawan (ahli kimia), Wiwin Djuwita (arkeolog), Gatot Ghautama (arkeolog), Subkhan (ahli konstruksi), dan Albertus Kriswandhono (arsitek pelestari).

Berbagai perlengkapan keselamatan kerja (Dokpri)

Kawasan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline