Lihat ke Halaman Asli

Djiwenk

Tersesat di gurun

Salalah, Aku Akan Kembali Ketika Hujan Telah Tiba

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1401897041419495168

[caption id="attachment_340346" align="aligncenter" width="538" caption="Pegunungan di Salalah ketika pepohonan mati dimusim dingin. dok.djiwenk"][/caption]

Muscat, 06 April 2104.

Langit sudah mulai memerah, matahari sudah tidak begitu panas sore itu.  hawa dingin musim dingin sudah berganti angin kencang yang siap-siap menghantarkan pergantian musim di negri teluk. April tahun ini musim dingin sudah berakhir.

Sore itu saya sedang kebingungan mencari bus menuju Salalah dari Muscat.  Setelah sehari sebelumnya saya di Sur (Sebuah daerah pesisir di Oman yang berjarak kuang lebih 3 jam dari Muscat) dan tidak menemukan bus yang menuju ke Salalah dari Sur dan akhirnya saya harus kembali ke Muscat untuk menuju Salalah. Menurut informasi yang saya dapatkan dari internet ada bus dari Oman national transport Company yang menuju ke Salalah setiap harinya sampai jam 6 sore. tapi petugasnya bilang kalau bus menuju ke Salalah Sudah penuh sore itu.

Petugasnya hanya diam, membiarkan saya kebingungan di loket situ. Meskipun pada akhirnya dia bilang kalau ada beberapa bus yang menuju ke Salalah dari perusahaan lain dan dia menyarankan untuk pergi ke Gulf  Transpot Company yang tidak begitu jauh dari situ. Tiket dari Muscat menuju Salalah OMR 7 Sedangkan kalau kita membeli langsung tiket pulang pergi dari situ harganya OMR 12. Bus meningalkan Muscat menuju ke Salalah jam 6 sore. Penumpang didalam bus waktu itu kebanyakan orang-orang India, Pakistan, Bangladesh dan beberapa orang Oman.

Sepanjang perjalanan orang Pakistan disamping saya selalu berusaha mengajak ngobrol dengan bahasa urdu yang saya tidak tau itu apa maksudnya. Saya jadi semakin senewen dibuatnya ketika dia tidak berhenti-berhenti tanya ini itu yang saya tidak tau itu apa maksudnya.

Penumpang dibelakang saya tubuhnya begitu subur 'gendut' kursi sandaran dibangku saya tidak pernah ia izinkan untuk sedikitpun sedikit saya geser kebelakang, harus tegak lurus. sekalinya saya geser sedikit kebelakang, akan didorongnya kembali tegak lurus.  Sementara penumpang didepan saya kursinya selalu mentok dia geser kebelakang sandarannya. Saya seperti sesak napas dengan posisi seperti ini. Sementara si orang Pakistan yang selalu sibuk mengajak saya ngobrol ini itu saya minta dia pindah kursi dengan saya. tidak menyangka dengan rela hati dia bilang "oke... oke... no problem".

Film India yang di bintangi Amitha Bachan diputar sepanjang perjalanan malam itu. Orang pakistan disamping saya akhirnya anteng 'tenang' menikmati film tua yang diputar tanpa translete itu. Sementara saya tidur sepanjang perjalanan setelah sekali berhenti di Nizwa.

***

[caption id="attachment_340347" align="aligncenter" width="576" caption="Pusat Kota Salalah dok.djiwenk"]

14018973311082007399

[/caption]

[caption id="attachment_340348" align="aligncenter" width="490" caption="Salalah di musim Hujan dok. Zaid"]

1401897549503935502

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline