Lihat ke Halaman Asli

Ditta Widya Utami

Pendidik dan Pembelajar

Literasi Digital Kemkominfo (Bagian 1 - Literasi dan Budaya Digital)

Diperbarui: 12 Agustus 2022   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gatot Sandy saat memaparkan Budaya Digital (dokpri)

Hari ini (11/08) saya mengikuti Literasi Digital Sektor Pemerintahan Daerah Jawa Barat Tahun 2022 (BPSDM) Batch 5 Bertema Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Pemberdayaan Kapasitas Teknologi Digital Kementerian Kominfo.

Jumat, 5 Agustus 2022 saya mendapat kabar Literasi Digital bagi ASN di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kota/Kabupaten Se-Jawa Barat ini dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang.

Tentu saja saya senang! Saya pun ikut mendaftar. Menyadari pentingnya kegiatan ini, Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Disdikbud Subang lantas membuat grup chat. Berdasarkan Surat Perintah Kadisdikbud Subang Nomor KP.06.01/2188-Bid.GTK.11, tercatat ada 473 orang yang menjadi peserta pelatihan yang berasal dari kabupaten kami. Jumlah tersebut sudah termasuk guru/kepala/pengawas jenjang PAUD, TK, SD dan SMP se-Kabupaten Subang.

Presiden Indonesia, Jokowi, memberi sambutan pertama. Dalam sambutannya, orang nomor satu di Indonesia tersebut menyatakan bahwa kita harus bisa meminimalkan konten-konten negatif. Dengan literasi digital, kita harus mampu memenuhi dunia internet dengan konten-konten positif. Bahkan, kita harus dapat memanfaatkan internet untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.
Usai sambutan dari perwakilan Kominfo, BPSDM, dan Wakil Gubernur Jawa Barat, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi.

Fakta Netizen Indonesia

Jujur, saya kaget ketika pemateri pertama, Gatot Sandy, Praktisi Konten Digital menyampaikan bahwa netizen Indonesia adalah yang paling tidak sopan se-Asia Pasifik. Yah, kalau diingat-ingat faktanya cyber bullying memang kerap terjadi. Cek saja komentar-komentar di media sosial orang-orang Indonesia. Haduh, beberapa ada yang bikin ngeri karena kata-kata yang dituliskan.

Tak hanya itu, lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa dalam tiga tahun terakhir (Agustus 2018 -- Agustus 2021), diketahui ada 8.878 isu hoax yang tersebar. Meski literasi digital Indonesia ada di tingkat sedang (3,47 dari skala 5 indeks literasi digital nasional tahun 2020), namun daya saing digital kita masih rendah (Indonesia urutan 56 dari 63 negara berdasarkan Digital Competitiveness Index 2020).

Dilihat dari kategori readiness dalam Indeks Internet Inklusif 2021, Indonesia ada di peringkat 74 dari 120 negara. Angka tersebut menunjukkan kesiapan masyarakat untuk menghadapi transformasi digital perlu ditingkatkan.

Apa Itu Literasi Digital?

Pemateri yang telah mendapat Sertifikasi Profesi Digital Marketing BNSP tersebut menyampaikan bahwa Literasi Digital adalah kemampuan menggunakan TIK untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengomunikasikan informasi dengan kecakapan kognitif maupun teknikal (Buku Kerangka Literasi Digital Indonesia).

Tujuan dari literasi digital adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif SDM di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline