Lihat ke Halaman Asli

Dita Destiana Wulandari

24107030078 - Mahasiswa IKom UIN Sunan Kalijaga

Langkah demi Langkah : Perjalanan tak terlupakan di Bukit Turgo

Diperbarui: 30 Mei 2025   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

( Foto Puncak Bukit Turgo ( Sumber : Dokumentasi Pribadi ))

Di sisi barat Gunung Merapi, berdiri sebuah bukit tua yang memeluk langit dengan hening, yaitu Bukit Turgo di Pakem, Sleman .Pepohonannya menari pelan diterpa angin lembah, dan kabut tipis yang menggantung di pucuk-pucuk pohon seolah menyembunyikan kisah-kisah lama yang tertinggal di lerengnya. Di antara pepohonan dan jalur tangga, alam menyusun harmoni sunyi yang mengajak jiwa untuk merenung. Turgo bukan hanya sekadar tempat, tapi ruang sakral yang menyimpan percakapan antara bumi dan langit, antara manusia dan sejarahnya.

Lebih dari sekadar destinasi alam, Bukit Turgo juga menjadi ruang spiritual yang dihormati. Di sanalah terdapat Maqom Syekh Jumadil Qubro, sosok yang dalam tradisi Jawa dikenal sebagai Bapak Wali Songo, tokoh penyebar Islam yang jejaknya masih dirawat dalam ingatan umat. Tak heran bila banyak peziarah datang untuk berdoa dan mencari ketenangan batin. Sementara itu, di sisi lain kehidupan, Bukit Turgo juga menjadi tempat favorit warga lokal untuk jogging dan tracking ringan.

Pengalaman pertama saya muncak dimulai di sini, di Bukit Turgo pada tanggal 24 Mei 2025. Bersama teman-teman sekelas dan di damping dosen pengampu mata kuliah Peradaban Islam, yaitu Bapak Dr. Mokhamad Mahfud.Kami datang bukan hanya untuk menaklukkan ketinggian, tetapi juga untuk menyerap pelajaran peradaban Islam dan tadabbur alam di tempat yang membawa suasana spiritual. Bapak Mokhammad Mahfud, yang membimbing perjalanan ini bukan hanya sebagai seorang pengajar, tetapi beliau adalah pelestari budaya dan pecinta alam.

Pagi itu kumpul di Kampus dan berangkat ke Turgo Pukul 09:00. Di awali dengan doa dan foto bersama, perjalanan kita di selimuti dengan kabut tipis dan hawa dingin karena mendung sedari pagi buta. Ini adalah ketiga kalinya kita tour bersama Pak Mahfud, yang pertama ke Merapi, Kedua ke Pantai Selatan, dan terakhir di Bukit Turgo ini.

Iring-iringan motor yang dipimpin Pak Mahfud memenuhi jalan raya. Momen seperti ini lah yang membuat kekompakkan dan kebersamaan di kelas kami. Program Tadabbur Alam yang sudah ada sejak semester satu selalu melekat diingatan kita.

Perjalanan kita memakan waktu hampir satu jam. Sampai disana kita istirahat 30 menit, ada yang berfoto ria, sarapan, dan berolahraga untuk persiapan perjalanan ke puncak. Tak lupa diiringi sholawat yang diputar Pak Mahfud melalui speakernya.

Setelah dirasa cukup istirahatnya, perjalanan pun dimulai. Sebelum naik kita mampir ditempat sakral yang biasa digunakan orang-orang untuk bertapa/berdoa ditengah ketenangan alam. Pak Mahfud menjelaskan bahwa tempat itu adalah tempat dimana doa/hajat kita akan diijabah.

Setelah berdoa disana, kita pun melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari itu kita sudah sampai di gerbang utama kita disambut oleh juru kunci Maqom Syekh Jumadil Qubro, beliau menyambut kita dengan senyum dan menjelaskan peraturan yang wajib dipatuhi disana.

Ketika mulai menaiki tangga, kita disambut matahari yang sedikit menampakkan cahayanya, juga diiringi musik dari speaker Pak Mahfud yang semakin membuat pendakian kita berwarna. Candaan dan tawa bersama teman-teman waktu itu masih sangat melekat diingatanku.

Ketika baru dibelokkan pertama, banyak yang sudah merasa lelah. Tak sedikit yang berhenti untuk istirahat dulu. Tetapi juga ada yang merasa kuat dan melajutkan perjalanannya, seperti Aku dan temenku yang bernama Jazil. Dia awalnya yang tidak mau naik karena memakai flat shoes, justru dia yang sampai atas duluan sampai aku pun tertinggal.

( Foto Penulis ketika di Bukit Turgo ( Sumber : Dokumentasi Pribadi ))

Yang awalnya masih bareng teman-teman, aku pun jalan sendirian karena satu per satu mereka berhenti untuk Istirahat. Meskipun aku sempat merasa ragu "apakah aku bisa sampai atas" , tetapi lama-lama semangatku terbakar ketika bertemu dengan pengunjung lain yang sudah turun. Mereka memberiku semangat " Ayo dek, sedikit lagi sudah pos 2 lho" tuturnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline