Lihat ke Halaman Asli

dijah

mahasiswi S1 Kesehatan Masyarakat Unhas

Origami: Lipatan Kertas, Lepasan Stres dan Ruang Refleksi Diri

Diperbarui: 25 April 2025   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

St. Khadijah Nur Ramadhani AS

Mahasiswi S1 FKM Unhas

Dunia yang dipenuhi kesibukan, kebisingan informasi, dan tekanan produktivitas, siapa sangka solusi untuk menenangkan pikiran justru hadir dari sesuatu yang sederhana: selembar kertas dan dua tangan. Ya, origami, seni  melipat kertas tradisional asal Jepang yang lebih dari sekadar kegiatan seni. Origami memiliki makna filosofis yang mendalam dan dapat berfungsi sebagai sarana meditasi serta refleksi diri. Aktivitas melipat kertas ini mengajarkan sikap kesucian, kesederhanaan, ketenangan, dan ketekunan. Dengan setiap lipatan yang dilakukan, seseorang secara tidak sadar memasuki ruang ketenangan yang memungkinkan pikiran untuk terfokus dan bebas dari gangguan. Tidak hanya itu, bentuk-bentuk yang dihasilkan dalam origami juga mencerminkan nilai naturalisme dan menjadi simbol keberuntungan serta kebahagiaan.

Origami dan Terapi Kesehatan Mental

Salah satu nilai terapeutik utama dari origami terletak pada kemampuannya mengundang kita untuk hadir sepenuhnya yang dikenal sebagai mindfulness. Mindfulness adalah kondisi di mana seseorang memusatkan kesadaran pada momen saat ini, dengan menyadari pikiran dan perasaan tanpa menghakimi. Terdapat tiga kualitas utama dari mindfulness yang tercermin dalam praktik origami: (1) intensi untuk membangun kesadaran, yakni dengan terus mengarahkan diri kembali ke momen kini saat perhatian mulai teralihkan; (2) fokus terhadap apa yang sedang terjadi, misalnya dengan mengamati bentuk lipatan, kesalahan kecil, atau sensasi tangan yang menyentuh kertas; dan (3) sikap yang tidak menghakimi, terutama ketika kita melakukan kesalahan saat melipat dan belajar menerima proses tersebut dengan sikap ingin tahu dan ramah terhadap diri sendiri.

Latihan mindfulness melalui origami memberikan banyak manfaat: mulai dari meningkatnya konsentrasi dan suasana hati, penurunan tingkat stres, menurunnya gejala kecemasan dan depresi, hingga meningkatnya respons imun tubuh dan menurunnya kognitif. Aktivitas ini tidak hanya murah dan mudah diakses, tetapi juga secara alami mengajarkan kita untuk hadir di saat ini. Lebih dari itu, origami memungkinkan kita berbagi karya dengan orang lain dan dari tindakan sederhana ini, perasaan syukur pun tumbuh.

Origami di Tengah Keseharian: Sebuah "Ritual Sunyi"

Di Jepang, origami bukan hanya sekadar kegiatan pengisi waktu luang, melainkan bagian dari praktik budaya yang sarat makna spiritual. Salah satu bentuk origami yang paling menyentuh hati adalah senbazuru. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk doa, harapan akan kesembuhan, dan perlindungan dari kesialan. Bahkan hingga kini, senbazuru kerap diberikan sebagai hadiah kepada orang yang sedang sakit, pasangan pengantin, hingga dalam kampanye perdamaian, terutama setelah kisah Sadako Sasaki menyentuh hati dunia pasca tragedi bom Hiroshima.

Melipat senbazuru memerlukan kesabaran. Menurut kepercayaan, seribu bangau idealnya dilipat oleh satu orang dalam kurun waktu satu tahun. Proses ini dianggap sebagai bentuk latihan spiritual, karena mengajarkan ketekunan, ketenangan, dan fokus tinggi, dimana nilai-nilai ini selaras dengan prinsip Zen dalam Buddhisme. Gerakan tangan yang berulang-ulang dalam melipat kertas bahkan biasanya sering disamakan dengan gerakan mantra dalam praktik meditasi. Dalam praktik sehari-hari, membuat senbazuru menjadi ruang kontemplasi yang membawa pembuatnya menyatu dengan doa dan harapan, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk dunia yang lebih damai dan penuh kasih.

Kita Perlu Melipat Diri Sebelum Tumbuh Kembali

Dari sekian banyak metode pengelolaan stres, origami mungkin bukan yang paling populer. Tapi justru di situlah kekuatannya, ia diam, sederhana, namun dalam. Origami tidak menjanjikan kelegaan instan. Ia bekerja perlahan. Saya percaya, kita semua memiliki "kertas kosong" dalam hidup yang bisa kita bentuk menjadi apa saja. Origami mengajarkan kita bahwa meski terbatas, kreativitas tetap bisa berkembang. Mari kita lipat selembar demi selembar, bukan hanya kertas, tetapi juga beban yang kita tanggung. Karena kadang, kebahagiaan tidak perlu dicari jauh, cukup dengan ketenangan dan sedikit usaha, kita bisa membentuknya dengan tangan kita sendiri.

Referensi:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline