Lihat ke Halaman Asli

Cerita Prenggong Jaya di Situs Pasir Kaca Gunung Salak

Diperbarui: 12 April 2017   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan menuju Kampung Salaka menuju Situs Pasir Kaca

Karena letaknya yang berada di ketinggian dan mengarah ke salah satu punggungan Gunung Salak, pemandangan menuju ke lokasi Situs Pasir Kaca ini indah!.

Awalnya kita akan bertemu dengan Pura Jagatkarta, sekitar 1 km dari jalan raya Ciapus.  Sayang sekali pada saat berkunjung (8/4/17), pura tertutup untuk umum, kecuali untuk  pengunjung yang hendak bersembahyang. Lalu, setelah tiga tanjakan berurutan yang bikin nafas senin kemis dan bikin tukang ojek kami dengan motor matic-nya menyerah karena tidak bisa nanjak, kita akan tiba ke Kampung Salaka. Lokasi ini sangat instagrammable kalau kata anak sekarang. Cocok untuk ngopi dan menikmati pemandangan indah. Waktu terbaik untuk menikmati pemandangan adalah pagi hari dan senja menjelang matahari terbenam. 

Kampung Salaka dengan pemandangan perbukitan menghampar

Senja di Gunung Salak

Kampung Salaka bukan tanjakan terakhir. Kalau mau ke situs Pasir Kaca, kita harus terus bersabar dengan tanjakan-tanjakan berikutnya. Ya, namanya juga jalan-jalan ke gunung.

Kalau naik angkutan umum, Anda bisa naik 03 jurusan Ciapus dari Bogor Trade Mal (BTM). Lokasinya sekitar 3 kilometer sebelah kiri dari perempatan Ciapus. Dari sini berhenti lalu sambung dengan ojek, bisa sampai ke Kampung Salaka atau ke kampung Pasir Kaca, kampung terakhir sebelum memasuki hutan.

Tata tertib untuk peziarah

Leluhur Kampung Budaya Sindang Barang

Situs Pasir Kaca di Desa Warung Loa, Kecamatan Tamansari , Kabupaten Bogor,  memiliki beberapa nama. Tiga nama yang tertulis pada spanduk tata tertib di rumah terakhir sebelum memasuki hutan adalah Makam Keramat Waliullah Hyang Prabu Wijaya Kusuma atau Hyang Raksa Bumi atau Eyang Haji Jaya Sakti.Sayang sekali, rumah tersebut terkunci dan kami tidak bertemu warga untuk ditanya. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Informasi tambahan mengenai situs Pasir Kaca berasal dari seorang teman, Kang Maki Sumawijaya. Beliau adalah salah satu tokoh adat di Kampung Budaya Sindang Barang, desa Pasir Eurih, Kabupaten Bogor. Situs Pasir Kaca bagi warga KBS Sindang Barang dikenal dengan namaSang Prabu Prenggong Jayadikusumah atau singkatnya Eyang Prenggong Jaya,leluhur bagi keturunan warga di kampung adat ini.

Makam Eyang Prenggong Jata di punggungan Gunung Salak

Menurut Kang Maki, warga Kampung Sindang Barang melakukan tradisi nyekaratau Ngembang setiap tahunnya ke makam ini.  Ritual ini adalah bagian dari rangkaian ritual tradisi Seren Taun. Arti Seren Taunsendiri terjemahan Bahasa Sunda-nya berarti “seserahan tahun”. Ditandai dengan rangkaian upacara sebagai tanda bersyukur untuk hasil pertanian pada tahun tersebut dan mendoakan agar panen meningkat di tahun berikutnya (sumber: National Geographic, 2013)

Di ritual Ngembang pada hari ke-dua rangkaian Seren Taun,  warga akan  mengunjungi makam leluhur yang terletak di ketinggian Gunung Salak. Makam yang dikunjungi antara lain makam Eyang Prenggong Jaya di Kampung Pasir Kaca, juga makam Eyang Langlangbuana/Langlangbumi di atas Kampung Calobak, Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor.

Plang situs dari Jalan Raya Ciapus, dekat perempatan Ciapus

Ketika kami mengunjungi Kampung Calobak, kami mengenal makam beliau sebagai “Eyang Raksa Bumi”. Letaknya paling puncak di antara tiga petilasan tua yang kami kunjungi  dan membutuhkan waktu sekitar 1 – 3 jam perjalanan mendaki. (Lihat tulisan: Calobak: 3 Situs Tua di Paruh Puncak Salak).
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline