Bagi saya, melayani masyarakat bukan sekadar menjalankan fungsi bisnis. KAI hadir untuk menjadi ruang hidup bersama, tempat harapan-harapan kecil bertemu dan bergerak menuju masa depan. Tugas kami adalah memastikan setiap orang memiliki akses setara untuk bergerak dan bertumbuh.
Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan menghadiri Agenda Temu Pastores Keuskupan Agung Jakarta di Gereja Katedral Jakarta bersama Kardinal Ignatius Suharyo dan lebih dari 300 pastor dari wilayah Jakarta dan Bekasi.
Dalam kesempatan itu, saya menyampaikan bahwa melayani berarti mendengar, memahami, dan beradaptasi. Di setiap perjalanan, saya ingin memastikan semua orang tanpa memandang usia, latar belakang, atau kondisi fisik memiliki ruang yang sama untuk merasakan kenyamanan dan keamanan, sambil menjaga bumi yang menjadi rumah bersama.
Tujuh bulan pertama tahun 2025 membawa kabar baik. Sepanjang Januari hingga Juli, KAI Group telah melayani 286,57 juta pelanggan, tumbuh 9,04% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan ini tidak hanya terjadi di kereta jarak jauh dan lokal, tetapi juga di Commuter Line, LRT, hingga layanan wisata seperti Kereta Panoramic dan Luxury. Bahkan LRT Jabodebek tumbuh hampir 50% dan KA Makassar -- Parepare di Sulawesi meningkat lebih dari 10%.
Dok. KAI
Bagi saya, angka-angka ini bukan sekadar statistik. Setiap kursi yang terisi menyimpan cerita perjalanan manusia tentang orang yang pulang kampung, berangkat bekerja, bertemu keluarga, atau sekadar menikmati perjalanan. Semua itu menjadi pengingat bahwa tugas kami adalah menjaga kualitas layanan agar setiap perjalanan memberi makna.
Karena itu, kami terus mendorong inovasi yang inklusif: kereta khusus wanita di Commuter Line, fitur aksesibilitas pada website PPID KAI, hingga digitalisasi layanan seperti e-boarding pass dan face recognition di stasiun. Saya ingin setiap pelanggan, termasuk penyandang disabilitas dan lansia, mendapatkan pengalaman perjalanan yang aman, nyaman, dan membanggakan.
Di sisi keberlanjutan, KAI menjadikan prinsip ESG sebagai salah satu pilar strategi jangka panjang. Saat ini, 8,9% jalur sudah terelektrifikasi, kami menggunakan biodiesel B40, memasang PLTS di 53 stasiun, 5 balai yasa, dan 4 depo, serta menanam lebih dari 106 ribu pohon di sepanjang jalur kereta.
Semua langkah ini kami ambil karena saya percaya masa depan transportasi bukan hanya soal kecepatan dan efisiensi, tetapi juga tentang tanggung jawab terhadap bumi.