Lihat ke Halaman Asli

Di Sudut Malam Masih Kau Temui Kemiskinan

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk Bapak (calon) Presiden yang Terhormat

Malam kian melagut

Selarut mata – mata lelah yang telah terpejam

Selarut dewa dewi yang masih mencumbu dalam cinta

Selarut dentuman hingar bingar para muda yang terlampau muda

Di ujung stasiun kereta tua itu berhenti, terlengkapi dengan lengkingannya yang khas

Lalu berduyun – duyun datang segala rupa beradu dengan dinginnya malam

Ada yang tak terlihat di balik langkah kaki arogan itu

Selimut – selimut lusuh, karung bekas kumal, menyelimuti tubuh mereka yang tak kunjung sempat mencicipi nikmatnya duniawi

Oh, lekas tersadarlah dari lamunan

Di sudut – sudut kota masih kau temui orang – orang tua

yang renta dimakan usia sibuk mengais nasi di gunungan sampah

Kemanakah anak – anaknya?

Di pinggir – pinggir jalan masih kau temui bocah bermata kuyu

menggigil kedinginan, minta disekolahkan

Kemanakah ayah-bundanya?

“ Yang kaya makinlah kaya, yang miskin tetaplah miskin”

Negara macam apa?

Lengkingan kereta tua kembali memekikkan telinga

Dan roda baja itu kembali berputar

Ada perjalanan yang harus dilanjutkan

Tapi tidak untuk mereka yang dicurangi atas nama kekuasaan

Suatu malam, di Yogyakarta

Juni 2014







BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline