Lihat ke Halaman Asli

Rusakata

Pencatat Ide-Ide

Puisi | Kereta

Diperbarui: 25 Maret 2019   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukan, bukan rumah kumuh itu
yang melaju ke belakang lalu menghilang.
Bukan juga kali-kali kotor itu
yang lintang-melintangkan bau.


Kemanusiaan kita memang
hanya selewatan kereta.
Lalu seperti ikan koki yang lupa
menaruh sandal dimana.
Riuh cakap para istri yang
sesekali pecah menertawakan diri. 

Menenggelamkan suara hati
yang meronta ingin keluar jendela.
Hanya untuk mengerti hidup selewatan kereta.
Hidup yang hanya menyentuh
keresahan sesaat penumpang kereta. 

Untuk dilupakan tumpukan
pekerjaan yang berkelindaan
tanpa henti seperti jeans belel
yang mulai rontok dimakan kesibukan.
Lalu aku pun melangkah keluar peron 

hanya untuk melihatmu lagi esok pagi. 

Rusakata
3 Mei 2016 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline