Bukan, bukan rumah kumuh itu
yang melaju ke belakang lalu menghilang.
Bukan juga kali-kali kotor itu
yang lintang-melintangkan bau.
Kemanusiaan kita memang
hanya selewatan kereta.
Lalu seperti ikan koki yang lupa
menaruh sandal dimana.
Riuh cakap para istri yang
sesekali pecah menertawakan diri.Â
Menenggelamkan suara hati
yang meronta ingin keluar jendela.
Hanya untuk mengerti hidup selewatan kereta.
Hidup yang hanya menyentuh
keresahan sesaat penumpang kereta.Â
Untuk dilupakan tumpukan
pekerjaan yang berkelindaan
tanpa henti seperti jeans belel
yang mulai rontok dimakan kesibukan.
Lalu aku pun melangkah keluar peronÂ
hanya untuk melihatmu lagi esok pagi.Â
Rusakata
3 Mei 2016Â