Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

Bismillah ... Love the Al-Qur'an, travelling around the world, and photography

Akhir Pekan Blusukan ke Pura Mangkunegaran Solo

Diperbarui: 5 Oktober 2025   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pura Mangkunegaran Solo yang telah direvitaslisasi menjadi tujuan wisata lokal dan mancanegara. Sumber dokpri.

Kota Solo yang dijuluki 'The Spirit of Java' menyimpan banyak sekali jejak sejarah yang patut kita pelajari. Saat berkunjung ke kota yang terkenal juga dengan beragam kuliner dengan cita rasa juara, aku akan menyempatkan diri untuk blusukan. Entahlah, aku kok suka ya dengan kata blusukan ini hehehe ...

Tempatku menginap di Kota Solo adalah Musafir Guest House (MGH) di dekat Alun-alun Kidul. Tepatnya lebih dekat dengan Soto Gading yang terkenal itu loh! Nah, pagi hari aku sengaja ingin olahraga jalan kaki. Aku cek di google map jarak dari MGH ke Pura Mangkunegaran sekitar 3 kilometer saja. 

Oke gaskeun, semangat!

Aku berjalan menuju Alun-alun Kidul, Kraton Kasunanan Surakarta, Masjid Agung dan mampir sebentar ke Pasar Klewer. Bukan untuk belanja, tapi mau ambil uang cash di atm. Setelah itu aku berjalan lagi menuju ke kawasan Kauman yang saat ini sedang naik daun. Banyak yang berkunjung dan memanfaatkan latar foto berupa bangunan atau rumah dengan gaya arsitektur yang unik dan menarik.

Sejenak mampir di sebuah warung untuk istirahat membeli kopi dan donat sambil mengobrol dengan penjualnya seorang ibu berusia 72 tahun. Wah, tak disangka ternyata dia kenal dengan ibu mertua hehehe ... Beginilah kota kecil, kemana-mana bisa jadi ketemu orang yang kenal keluarga kita.

Setelah itu aku melanjutkan langkah menuju jalan Slamet Riyadi, menyebrang ke arah Pasar Triwindu, dan Pura Mangkunegaran.

Menilik pada laman resmi Mangkunegaran, dituliskan bahwa sejak tahun 1757 telah berdiri. Pada perjanjian Salatiga tersebut, lahirlah Praja Mangkunegaran yang dipimpin oleh Raden Mas Said. Adapun gelar yang dipakai adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro Senopati Ing Ayoedha Soedibyaningprang. 

Bangunan Pura Mangkunegaran memiliki corak arsitektur yang khas dan unik. Perpaduan arsitektur Eropa dan Jawa tampak kental pada hampir di setiap elemennya. Gaya Eropa yang dominan adalah Empire dari Perancis. Lihat saja kolom-kolom besar dari beton yang berpadu dengan kusen pintu dan jendela dari kayu jati yang dengan indah. Rangka langit-langit yang terbuat dari kayu jati tampak diukir dengan apik dengan ragam flora. Kayu-kayu jati yang kokoh dibuat saling berkaitan dan menyangga tanpa paku. Luar biasa.

Pendopo di dalam Pura Mangkuneran biasanya digunakan untuk acara resmi atau pagelaran seni. Sumber dokpri.

Pura ini memiliki bagian yang mirip dengan keraton seperti pendopo, pringgitan, ndalem, dan keputren. Ada patung singa berwarna keemasan yang menjadi ciri khas di pendopo. Oya, aku diminta melepas alas kaki ketika memasuki area ini. Atap berbentuk limasan adalah khas Jawa. Selain itu ada juga halaman yang luas dinamakan pademan dengan pohon rindang yang membuat suasana menjadi adem. Tampak bangunan dengan tulisan Kavalerie-Artillerie. 

Ada satu titik yang bisa digunakan untuk membuat foto cantik seperti ini. Lampu hias khas Eropa. Sumber dokpri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline