Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Sejenak Berwisata Sejarah ke Cikini

Diperbarui: 30 Juli 2018   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencicipi es krim dengan resep tahun 50-an (dokpri)

Sabtu (28/7) matahari nampak bersahabat. Jarum jam memang baru menunjukkan pukul sembilan, sehingga sinarnya tidak begitu menyengat. Kami pun siap berkeliling Cikini bersama Jakarta Good Guide untuk melakukan wisata sejarah.

Sebagian besar peserta merupakan alumni Danone Blogger Academy Batch Pertama. Acara Walking Tour rute Cikini ini merupakan rangkaian acara Temu Kangen Blogger Academy I sekaligus merupakan kode bahwa seleksi Danone Blogger Academy Batch Kedua akan segera dimulai.

Tur sejarah Cikini ini membuatku terusik. Sudah seringkali aku melewati rute ini, namun yang kuketahui tentang sejarah kawasan ini tergolong minim. Paling-paling hanya sekedar tahu tentang bubur ayam Cikini yang terkenal lezat dan Bioskop Megaria alias Metropole yang dulu sering jadi tempat favorit nonton ketika aku masih ngekos di kawasan  Cempaka Putih.

Perjalanan wisata sejarah ini dimulai dari Gedung Joeang atau yang juga dikenal dengan nama.Menteng 31. Gedung yang merupakan salah satu museum ini dulunya adalah sebuah hotel bernama Hotel Schoemper. Setelah kependudukan Jepang, bangunan ini menjadi pusat pergerakan pemuda.

Walking Tour berawal dari sini (dokpri)

Bangunan yang didirikan tahun 1920-an ini masih terawat. Di dalamnya terdapat koleksi foto-foto dokumentasi, lukisan, dan diorama yang melukiskan perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Koleksi lainnya yang istimewa adalah mobil dinas Presiden dan wakil Presiden Pertama serta mobil peristiwa sebuah pengeboman di Cikini.

Perjalanan kemudian berlanjut ke Kantor Pos Cikini yang buka 24 jam. Bangunan kantor pos yang dulu bernama Tjikini Post Kantoor ini memiliki unsur art deco. Dulunya kantor pos ini menjadi favorit bagi para filatelis pada tahun 1970-an karena menjadi pusat penjualan perangko.

Dari Kantor Pos Cikini kami melanjutkan perjalanan berjalan kaki. Trotoar yang kami tapaki memiliki lukisan mural yang jarang kuperhatikan. Proyek mural ini merupakan kerja sama Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta dan Korean Association tahun 2015. Gambar mural yang masih nampak jelas di antaranya permainan tradisional congklak dan sepasang ondel-ondel. Sayangnya mural tersebut mulai pudar.

Mural dakon yang indah di Cikini (dokpri)

Canda dari Jakarta Good Guide yang memandu kami bercerita Tjikini sejak dulu sudah banyak kafe, toko, dan menjadi salah satu pusat rekreasi. Oleh karenanya kafe dan toko kue di sini banyak yang usianya sudah tua, ada yang berusia puluhan tahun.

Mencicipi Roti dan Es Krim Resep Kuno

Menyusuri Cikini tak lengkap jika tak mencicipi sajian kulinernya. Ada banyak kuliner legendaris di sini selain Pempek Megaria, Gado-Gado Bonbin, dan Bubur Ayam Cikini. Dua sajian yang setia menggunakan resep puluhan tahun adalah roti dan es krim.

Roti bermerk Tan Ek Tjoan masih digemari hingga saat ini. Meskipun pabrik dan tokonya sudah kembang kempis di tengah serbuan toko roti modern, penjaja roti kuno ini masih mudah dijumpai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline