Lihat ke Halaman Asli

Hubungan Kekuasaan dan Pengetahuan Menurut Foucault

Diperbarui: 26 November 2022   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tokoh asal Perancis yang mempunyai pemikiran penting dalam gagasannya di abad 20 yang menafsirkan tentang pengetahuan, seksualitas, dan kekuasaan adalah Michael Foucault. Dalam pemikirannya, ia tidak ingin dikotakkan dalam satu arus pemikirannya saja. Oleh sebab itu, pemikiran tokoh tersebut banyak dipengaruhi oleh beberapa tokoh, seperti: Friedrich Nietzsche, Immanuel Kant, Karl Marx, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, dll. Michael Foucault lahir pada tanggal 15 Oktober 1926 di Poitiers. Ia mengambil studi pembelajarannya dalam bidang filsafat di Lycee Henry-IV, Paris pada tahun 1945. Di tahun 1952 ia menerima diploma Psiko-patologi dari Institut Psikologi di Paris. Beberapa tahun kemudian, setelah ia mendapatkan diploma tersebut, Foucault menjadi pengajar psikologi di Universitas Clermount -- Ferrand. Selang dua tahun kemudian, ia menjadi seorang professor filsafat di universitas tersebut. Dari perjalanan karirnya melalui pemikiran yang digagas oleh Foucault, ada beberapa karya penting yang dihasilkan oleh nya seperti The Archaeology of Knowledge, The History of Sexuality, Madness and Civilization, dll

KEKUASAAN 

Foucault memfokuskan pemikirannya pada hal kekuasaan. Dimana pada tahun 1971, ia mengeluarkan dua buku karyanya yang berjudul The Discourse on Language dan Nietzche, yang mana karya tersebut memperkenalkan cara pandang Foucault mengenai hubungan kekuasaan dan kebenaran. Dimana ia mengatakan bahwa kekuasaan itu tidak ada batasan, ia datang dari mana saja dan akan menyebar kemana saja. Kekuasaan terdapat pada relasi sosial yang bekerja pada relasi pengetahuan dan lembaga. Seseorang ketika mempunyai kuasa yang penuh akan suatu hal, tidak jarang ditemui bahwa sumber kekuasaan tersebut berasal dari ketidaksamaan, perbedaan, dan diskriminasi yang terjadi pada sekelompok masyarakat. Bagi Foucault kekuasaan mempunyai erat kaitannya dalam pengetahuan, seperti hal nya pemikiran tersebut tertuang pada buku yang berjudul "The History of Sexuality". Menurutnya, seseorang atau suatu kelompok ketika ia memiliki kekuasaan atas pengetahuan yang dimilikinya secara tidak langsung ia memiliki kekuatan dalam dalam menguasai dan mengendalikan seksualitas sebagai alat atas dirinya dan orang lain. 

Contohnya, seorang presiden berpenampilan merakyat dalam suatu acara yang mana pada saat itu juga ia memberikan bantuan kepada masyarakat. Mengingat masa pemilihan presiden akan berganti, kegiatan itu dimaksudkan oleh tim presiden tersebut agar masyarakat nantinya akan memilih ia kembali, bisa memungkinkan dengan paksaan. Sehingga menurut Foucault kekuasaan itu akan menghasilkan suatu hal yang benar atau salah. Kebenaran tercipta melalui kekuasaan dan pengetahuan, sehingga kekuasaan akan menghasilkan kebenaran yang subjektif dan bersifat disipliner. Oleh sebab itu, setiap masyarakat memiliki politik kebenarannya sendiri. 

ARKELOGI PENGETAHUAN 

Suatu model pendekatan dalam menganalisis sejarah, yang mana menitikberatkan pada ketidaksinambungan peristiwa sejarah yang dikaji. Menurut Foucault, pengetahuan itu muncul tidak dengan sendirinya. Ia muncul karena dari keseluruhan relasi yang menciptakan suatu praktek diskursif atau yang disebut dengan proses episteme. Proses terbentuknya pengetahuan menurut Foucault ada 3 tahapan yaitu 

  • Positivitas, lingkup komunikasi antara ilmuwan yang bukan berarti mereka berbincang suatu hal yang sama dengan yang lain 
  • Apriori, apa yang memungkinkan dari suatu positivitas yang mana syarat dan aturan akan menentukan diskursus 
  • Arsip, sistem pembentukan pernyataan yang dihasilkan melalui positivitas yang sesuai dengan apriori masing-masing.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline