Lihat ke Halaman Asli

Destia AyuNanda

lahir di gresik 12 Desember 2002 dan biasa di panggil Dedes

Tradisi dan Budaya di Pulau Bawean

Diperbarui: 24 Februari 2022   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pulau Bawean adalah sebuah pulau kecil yang juga merupakan salah satu lokasi wisata yang terkenal di Kabupaten Gresik. Bawean merupakan pulau yang terletak sekitar 120 kilometer (km) arah utara dari Kabupaten Gresik. Untuk sampai ke pulau ini, diperlukan waktu tiga sampai empat jam dengan kapal cepat, atau satu jam dengan menggunakan pesawat perintis.

Saat berlibur ke Pulau Bawean ini, anda dapat melihat keindahan alam yang masih asri dan indah. Seperti halnya pemandangan bawah laut di Pantai Pulau Cina, Danau Kastoba, Pulau Noko, air terjun, Penangkaran rusa, Pelabuhan Tambak, dan masih banyak lagi yang lainnya. Selain populer dengan tempat wisatanya, Pulau Bawean juga memiliki tradisi dan budayanya sendiri yang menarik. Pulau Bawean memiliki banyak tradisi dan budaya yang sampai saat ini masih terjaga dengan baik.

Salah satu tradisi dan budaya di pulau ini yang masih terjaga yaitu “Molod” atau maulid. Molod merupakan tradisi memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dalam keyakinan ajaran agama islam. Tradisi perayaan molod terbesar di Pulau Bawean dilaksanakan di Masjid Besar Sa’addaturrain Kecamatan Sangkapura pada tanggal 12 Rabiul Awal (Kalender Hijriyah / kalender islam). Sejak masa Syech Maulana Umar Mas’ud sebagai penyiar islam terbesar di Pulau Bawean. Molod sudah menjadi tradisi turun menurun sampai di masa Tumenggung Cokro Kusumo. Molod sudah mengalami perkembangan menjadi Molod Angkatan, Bherkat Besar yang disebut Molod Raje.

Perayaan Molod diikuti dengan Lantunan Maulid Berzanji yang disebut Dikker. Penyuguhan Angkatan atau Bherkat Raje sebagai dasar rasa syukur terhadap kelahiran nabi besar Muhammad SAW ke muka bumi beserta seisi alam yang penuh keberkahan.  Bherkat Raje biasanya di angkat ke masjid di pagi hari, sekitar jam 7 sampai jam 9. Setelah itu dibacakan doa dan berzanji hingga waktu sholat dhuhur. Setelah sholat dhuhur berjama’ah di masjid, para pemuda dan bapak-bapak mengangkut dan membawa pulang Molod yang telah dibagi secara acak (tidak mengambil miliknya sendiri).

Adapun macam-macam yang ada di dalam Bherkat Raje sebagai lambang atau ciri khas maulid dan maknanya, yaitu :

  • Hiasan bunga tunggal / tongghul.

Hiasan bunga tunggal ini memberikan makna adanya sifat kasih sayang yakni kasih terhadap sesama umat islam serta sayang terhadap sesama manusia. Penancapan bunga tunggal mengisyaratkan agar nilai-nilai keagungan al- Qur’an dan al- hadist dapat terinternalisasikan kepada masyarakat muslim tanpa goyah dalam situasi apapun.

  • Cocok Telur

Jumlah cocok telur yang di tancapkan sebanyak 12 buah, angka tersebut merupakan tanggal 12 robiul awal. Telur yang di pakai bukan hanya sembarang telur melainkan telur bebek. Sedangkan lauk utama yang harus ada di tengah sajian angkaan adalah masakan ayam kampung satu potong utuh dengan bumbu sapit atau masak merah. Perpaduan kedua hewan tersebut melambangkan jalinan yang penuh kasih yang saling melengkapi antar sesama yang menimbulkan rasa kebersamaan.

 


  • Rangghinang (rengginang)

Jajan rengginang merupakan jajanan keharusan yang terpasang pada perayaaan peringatan maulid nabi. Pembuatan rengginang berasal dari biji ketan yang sudah dipilih dan yang baru dipanen. Sebelum perayaan maulid masyarakat bawean terlebih dahulu menyiapkan bahan-bahan ynag dibutuhkan dalam membuat jajanan rengginang. Cara pembuatan rengginang yaitu dengan cara, ketan yang sudah dipilh di cuci terlebih dahulu menggunakan air yang suci dan bersih. Dalam penyucian ketan tersebut terdapat makna tersendiri yaitu sebagai bentuk penghormatan terhadap kesucian perayaan maulid nabi. Sedangkan butiran ketan yang sudah jadi rengginang memiliki makna tentang pentingnya jalinan persaudaraan.

  • Gugudhu atau kocor

Jajanan gugudhu merupakan jajanan yang terbuat dari tepung gandum atau tepung beras, gula putih dan air kelapa. Awal dari jajanan gugudhu di daerah bawean terdapat sejarah bahwa pada zaman dulu terdapat seorang ibu yang bernama mbok hayyan, beliau merupakan salah satu seseorang yang terkenal dalam membuat gugudu. Adanya jajanan gugudhu terdapat makna tersendiri bagi masyarakat bawean yaitu sebagai pemanis dalam kehidupan yang artinya dalam pergaulan dan dakwah harus manis dan penuh hikmah. Jajanan gugudhu hadir dalam perayaan peringatan maulid sebagai isyarat untuk mempersatukan umat, serta menghidupkan semangat juang umat islam. Akan tetapi dengan adanya perkembangan zaman masyarakat bawean lebih memilih makanan pabrik dari pada makanan tradisional. Dengan adanya permasalahan tersebut perlu lagi untuk ditinjau agar masyarakat lebih memilih makanan gugudhu dibandingkan dengan makanan pabrik.

  • Dudul / Jubedhe

Jajanan Jubedhe merupakan makan yang terbuat dari ketan putih dan ketan hitam. Jumlah ketan hitam yang dipakai hanya seberapa, dikarenakan ketan hitam hanya sebagai syarat pemberi warna agar lebih menggoda selera. Jajanan Jubedhe merupakan salah satu jajanan tradisional yang patut untuk dipertahankan dalam sajian angkatan berkat maulid nabi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline