Lihat ke Halaman Asli

Daud Ginting

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Emotional Intelligence Tak akan Tertiru Artificial Intellegence

Diperbarui: 25 Februari 2023   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi artificial intellegence. Sumber : Kompas.Com

Ditengah trend hadirnya artificial Intellegence muncul keraguan dan pertanyaan apakah peranan manusia akan tergantikan secara utuh, dan apakah artificial intellegence harus diwaspadai, bahkan ada bertanya apakah kita siap jika artificial intellegencia sudah benar hadir ?

Kehadiran Artificial Intelligence merupakan panggilan sejarah, tidak bisa dipungkiri, dan tidak bisa dihindari sebagai produk revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi informatika. 

Karena itu, jika tidak ingin digilas perkembangan zaman harus beradaftasi menyongsong kehadiran artificial intellegence atau "kecerdasan tiruan".

Artificial intellegence didefinisikan sebagai kecerdasan yang dikomputasi dengan mengandalkan perhitungan, kecerdasan tersebut didesaain dari sebuah program atau algoritma. 

Kecerdasan buatan diciptakan agar berpikir dan berperilaku seperti manusia, dan dapat meniru pergerakan manusia, dengan fungsi mengganti peran manusia.

Kecerdasan buatan pada intinya memiliki kemampuan sama dengan kemampuan berpikir rasional manusia, yang erat kaitannya dengan kemampuan belahan otak sebelah kiri manusia.

Yang mengkuatirkan atas kehadiran artificial intellegence ini adalah berkurangnya kesempatan kerja bagi manusia, karena sebagian besar pekerjaan yang selama ini dikerjakan oleh manusia diambil alih oleh alat atau sejenis robot.

Tetapi sampai hari ini belum satu pun ahli mengklaim artificial intellegence akan mampu menyamai kecerdasan manusia yang begitu kompleks dan beragam. 

Artinya artificial intellegence atau kecerdasan tiruan tidak akan mampu menggantikan manusia secara total.

Manusia merupakan salah satu ciftaan Allah yang memiliki keunikan dibandingkan primata lain, antara sesama manusia sendiri satu sama lain tidak ada yang persis sama, oleh  karena itu manusia disebut multidimensional, dan susah dipatok dalam satu defenisi yang paripurna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline