Lihat ke Halaman Asli

Damar Arkaan

Mahasiswa/universitas Pamulang/Teknik Informatika

Pancasila di Kampus : Antara Formalitas Dan Realitas Sosial

Diperbarui: 5 Oktober 2025   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan Pancasila sering dianggap sebagai mata kuliah wajib yang "hanya formalitas" di banyak perguruan tinggi. Padahal, jika dipahami lebih dalam, Pancasila bukan sekadar bahan ujian, melainkan fondasi karakter mahasiswa Indonesia.

Kehidupan kampus adalah miniatur masyarakat. Di sana ada perbedaan suku, agama, pandangan politik, bahkan gaya hidup. Jika tidak diikat oleh nilai kebangsaan, potensi gesekan sangat besar.

Pancasila hadir sebagai pedoman agar perbedaan bisa dirangkai menjadi kekuatan, bukan pemecah. Misalnya, sila ke-3 (Persatuan Indonesia) mendorong mahasiswa tetap kompak meski berbeda latar belakang.

Tantangan Pendidikan Pancasila di Kampus

1. Anggapan Membosankan

Banyak mahasiswa menilai mata kuliah ini hanya berisi hafalan. Padahal, esensinya justru pada penerapan dalam kehidupan nyata.

2. Kurangnya Relevansi dengan Kehidupan Mahasiswa

Jika materi hanya disampaikan dalam bentuk teori, mahasiswa sulit menghubungkannya dengan persoalan sehari-hari, misalnya intoleransi di media sosial atau budaya akademik yang tidak jujur.

3. Minimnya Praktik Nilai

Kampus kadang gagal menjadi contoh. Korupsi kecil-kecilan, budaya menyontek, atau diskriminasi justru bertentangan dengan nilai Pancasila.


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline