Lihat ke Halaman Asli

Damanhuri Ahmad

Bekerja dan beramal

Cerita Nyaris Ditinggalkan Kereta Api

Diperbarui: 28 September 2022   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman naik kereta api bersama Sutan Yardi. (foto dok pribadi)

"Pak, tunggu. Tunggu. Itu kawan saya yang sedang berlari," kata Sutan Yardi ke petugas kereta api di stasiun Lubuk Alung, Sabtu pagi itu.

Saya dan Yardi memang sudah janjian naik kereta api pagi ke kampus. Jadwal paginya pukul 06.30 Wib.

Yardi tiba duluan dari saya di stasiun dekat Pasar Lubuk Alung itu. Dia beli tiket untuk dua orang, saya dan dia. Kereta mau berangkat, saya belum tiba.

Berkali-kali panggilan tak terjawab di hp saya, karena saya agak sedikit memacu jalannya motor dari rumah ke stasiun.

Jenjang untuk naik gerbong satu persatu sudah dikemaskan petugas. Saya berlari agak tertatih-tatih. 

"Cepatlah. Cepat," suara Yardi memanggil saya. Pas tiba di pintu gerbong, kereta sedang berjalan pelan, saya naik.

Dengan nafas terengah-engah, sampai saya naik dan duduk di bangku yang ber AC tersebut.

Itu pengalaman, saat saya mau berangkat kuliah di tahun 2018. Kuliah Sabtu dan Minggu sering juga saya dan Yardi naik kereta.

Selain ongkos murah, kita tidak kenal macet. Jalannya bebas hambatan. Pulang dari Padang ke Lubuk Alung pun juga sering naik kereta.

Kereta Sibinuang namanya. Muatannya sering penuh dari Padang ke Pariaman dan sebaliknya. Kereta api memang selalu tepat waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline