Lihat ke Halaman Asli

Saat Masyarakat Mulai Peduli pada Kesehatan Mental

Diperbarui: 7 Oktober 2025   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa tahun lalu, membicarakan kesehatan mental masih dianggap hal yang tabu. Orang-orang lebih memilih memendam rasa cemas, stres, bahkan depresi dalam diam. Takut dinilai lemah, terlalu sensitif, atau tidak bersyukur, banyak dari mereka yang akhirnya berjuang sendirian tanpa tahu ke mana harus mencari pertolongan. Namun kini, pandangan itu mulai berubah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental perlahan tumbuh, didorong oleh peran media sosial, edukasi publik, serta keberanian figur publik yang berbagi pengalaman pribadi tentang perjuangan mereka melawan gangguan mental.

Faktanya, data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa satu dari lima penduduk Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, mulai dari stres berat hingga depresi. Tekanan ekonomi, lingkungan sosial, dan kehidupan digital yang serba cepat sering menjadi pemicu utama. Meski begitu, peningkatan kesadaran terlihat dari makin banyaknya lembaga yang menyediakan layanan konseling, kampanye kesehatan mental di sekolah dan kampus, serta komunitas yang membuka ruang aman untuk berbagi cerita.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sekitar 9,8% penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Bahkan, laporan WHO tahun 2023 mencatat bahwa tingkat kesadaran kesehatan mental di Asia Tenggara meningkat hingga 35% dalam lima tahun terakhir. Angka ini menunjukkan perubahan positif: masyarakat mulai mengakui bahwa kesehatan mental bukan sekadar isu pribadi, tetapi bagian dari kesejahteraan bersama yang perlu dijaga.

Sebagai bagian dari generasi muda, saya melihat perubahan ini secara langsung. Banyak teman yang dulu tertutup kini berani berbicara tentang perasaan mereka. Kami belajar bahwa meminta bantuan bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk keberanian untuk peduli pada diri sendiri. Media sosial pun berubah fungsi---dari tempat membandingkan diri, menjadi ruang berbagi cerita dan saling menguatkan. Ada rasa lega ketika tahu bahwa kita tidak sendiri dalam menghadapi beban mental yang berat.

Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental mungkin belum sempurna, tetapi langkah-langkah kecil yang diambil sudah menunjukkan arah yang benar. Kini, berbicara tentang perasaan bukan lagi hal memalukan, melainkan bagian dari proses penyembuhan. Dengan terus mengedukasi diri dan lingkungan sekitar, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih peduli, lebih terbuka, dan lebih sehat---baik secara fisik maupun mental. Karena sejatinya, menjaga kewarasan adalah bentuk kasih sayang paling jujur kepada diri sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline